Ahad 27 Feb 2022 17:40 WIB

PBB: 240 Warga Sipil di Ukraina Jadi Korban

Jumlah korban yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih banyak.

Red: Dwi Murdaningsih
 Pengungsi yang melarikan diri dari konflik dari negara tetangga Ukraina tiba di Zahony, Hongaria, Ahad, 27 Februari 2022. Pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua Ukraina pada Ahad dan pasukan Rusia meningkatkan tekanan pada pelabuhan-pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.
Foto: AP/Anna Szilagyi
Pengungsi yang melarikan diri dari konflik dari negara tetangga Ukraina tiba di Zahony, Hongaria, Ahad, 27 Februari 2022. Pertempuran jalanan pecah di kota terbesar kedua Ukraina pada Ahad dan pasukan Rusia meningkatkan tekanan pada pelabuhan-pelabuhan strategis di selatan negara itu menyusul gelombang serangan terhadap lapangan terbang dan fasilitas bahan bakar di tempat lain yang tampaknya menandai fase baru invasi Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH  -- Badan bantuan PBB melaporkan sedikitnya 240 warga sipil Ukraina menjadi korba invasi Rusia. Lebih dari 160.000 mengungsi setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina pekan ini.

"Hingga 26 Februari pukul 17.00 waktu setempat OHCHR (Kantor PBB untuk HAM) mengumumkan bahwa sedikitnya 240 warga sipil menjadi korban, termasuk setidaknya 64 orang tewas," demikian laporan Kantor Koordinasi untuk Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

Baca Juga

OCHA menambahkan bahwa jumlah korban yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih banyak. Kerusakan pada infrastruktur sipil menyebabkan ratusan ribu orang tidak mendapatkan aliran listrik atau air.

Ratusan rumah rusak atau hancur. Jembatan-jembatan dan jalanan dihantam oleh tembakan mortir yang menyebabkan sejumlah komunitas tidak dapat mengakses pasar.

Laporan itu mengutip badan pengungsi PBB yang mengatakan lebih dari 160.000 mengungsi ke wilayah lain di dalam negeri. Lebih dari 116.000 orang terpaksa menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga.

"Badan-badan PBB dan mitra kemanusiaan untuk sementara terpaksa tidak beroperasi lantaran situasi keamanan yang semakin parah," kata OCHA.

"PBB dan mitranya mempertahankan kehadiran mereka di seluruh negeri dan tetap berkomitmen untuk bertahan di lapangan serta merespons keperluan kemanusiaan yang terus bertambah dan risiko perlindungan begitu situasinya memungkinkan."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement