Rabu 11 May 2022 05:36 WIB

Puasa Asyura, Amalan yang Dicita-citakan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad berkeinginan mengerjakan puasa asyura.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Puasa Asyura, Amalan yang Dicita-citakan Nabi Muhammad. Foto:  Nabi Muhammad (ilustrasi)
Foto: Republika
Puasa Asyura, Amalan yang Dicita-citakan Nabi Muhammad. Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Jika ingin lebih afdal bisa berpuasa selama dua hari, yaitu 9 dan 10 Muharram.

"Bila memilih dua hari, maka seharusnya kita berpuasa sejak tanggal 9 Muharram," tulis Muhammad Ghazali dalam bukunya "Panduan Lengkap Puasa Wajib dan Sunnah"

Baca Juga

Dalam satu riwayat Rasulullah SAW pun pernah bercita-cita untuk melakukan puasa Asyura sejak tanggal 9 Muharram sebagaimana hadis berikut dibawah ini.

Rasulullah SAW bersabda: "Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, saya akan berpuasa tasu'a tanggal 9 Muharram. (HR.Muslim).

Adapun asal mula dari dianjurkan untuk melakukan puasa Asyura ini adalah sebagai berikut:

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma ia berkata, bahwa saat Rasulullah tiba di Madinah beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di hari Asyura, beliau kemudian bertanya kepada masyarakat Yahudi, "ada apa ini?"

Yahudi menjawab, "ini adalah haribyang baik, di hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya (Fir'aun), maka Nabi Musa berpuasa di hari ini."

Rasulullah bersabda, "kami ummat Islam lebih berhak meneladani Nabi Musa dibanding kalian." kemudian Rasulullah berpuasa dan Menganjurkan ummat Islam untuk berpuasa di hari itu (HR Bukhari dan Muslim)

Di dalam sebuah riwayat yang lainnya pun diceritakan bahwa Abdullah bin Umar ra bahwa orang-orang jahiliyah dulu selalu berpuasa pada hari Asyura. Dan bahwa Rasulullah SAW dan kaum Muslimin juga berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkan puasa Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya hari Asyura adalah hari-hari Allah maka barang siapa yang ingin berpuasa, maka berpuasalah pada hari itu dan barang siapa tidak ingin, maka ia boleh meninggalkannya.(Shahih Muslim 1901).

Adapun keutamaan dari puasa Asyura ini adalah dapat menghapus dosa selama setahun.

Abi Qatadah berkata bahwasanya Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura. Beliau menjawab menebus dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim)

Dan merupakan puasa yang lebih utama setelah puasa Ramadan. Suatu hari Abu Hurairah bertutur, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya:

"Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu? "Nabi bersabda yaitu salat di tengah malam." Mereka bertanya lagi. "Puasa manakah yang lebih utama Setelah puasa Ramadan? Sabda Nabi puasa pada bulan Allah yang kamu namakan Bulan Muharram" (HR Ahmad Muslim dan Abu Daud)

Sementara itu, niat untuk melakukan puasa Asyura ini adalah sebagai berikut:

"Saya niat puasa Asyura sunnah karena Allah ta'ala"

Namun apabila hendak melakukan puasa pada tanggal 9 Muharram maka 

"Saya niat puasa tasu'a sunnah karena Allah ta'ala."

Sementara itu Ketua Umum Pemuda Al-Irsyad Ustaz Fahmi Bahreisy Lc, mengatakan, puasa Asyura ada dalil. Maka dari itu jika ada kemampuan maka dianjurkan berpuas.

Dari Aisyah r.a. bahwa di zaman jahiliyah kaum Quraisy berpuasa Asyura (10 Muharam), kemudian Rasulullah memerintahkan ummat Islam berpuasa di hari tersebut sampai turun perintah puasa Ramadhan. Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang ingin berpuasa asyura silakan berpuasa, yang tidak berpuasa maka tidak berdosa" (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis lain tentang puasa Asyura adalah dari Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, sejak Rasulullah diberi tahu bahwa hari asyura adalah hari yang diagungkan di kalangan Yahudi dan Nasrani, beliau bersabda "kalau begitu insyaallah tahun depan kita puasa sejak tanggal ke-sembilan" (HR Muslim) 

 “Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).

Secara umum puasa pd bulan Muharram adalah baik dan dianjurkan. Berdasarkan hadits Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim).

 

 

 

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

(QS. An-Nisa' ayat 59)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement