Rabu 24 Aug 2022 14:50 WIB

Manfaat Konsolidasi Menara Telkom Bagi Mitratel dan Operator Seluler

Langkah bisnis akuisisi menara Mitratel jadi revenue stream baru bagi Telkom.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group.
Foto: Telkom
Langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko menilai langkah penggabungan bisnis menara di anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) sebagai hal yang tepat. Tiko menyatakan strategi bisnis akusisi menara Telkomsel oleh PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) justru membuat efisien, meningkatkan valuasi, dan daya saing perusahaan.

Menurut Tiko, hal ini terlihat dalam pengelolaan menara telekomunikasi Mitratel yang bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan Mitratel menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan Mitratel dari investor.

Baca Juga

"Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi operator lain," ujar Tiko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (24/8/2022).

Tiko juga menyatakan UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama. Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurut Tiko, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy optimistis konsolidasi menara TelkomGroup dan operator di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara. Sebagai market leader kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara, Teddy menilai langkah konsolidasi tersebut akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya.

"Tumbuhnya kebutuhan mobile data, berkembangnya teknologi 5G dan IoT serta aksi merger operator seluler membawa dampak semakin berkembangnya industri menara telekomunikasi di Indonesia," ucap Teddy.

Teddy mengatakan hal ini merupakan potensi pasar yang cukup bagus untuk terus bertumbuh. Teddy menyampaikan anak usaha Telkom ini memiliki kekuatan penuh dalam menjawab peluang tersebut.

Dia mengatakan Mitratel kini memiliki 34.800 menara setelah akuisisi enam ribu menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia, dan mayoritas berada di luar Jawa. Teddy menyebut perusahaan juga menyediakan solusi total melalui skema bundling yang terdiri atas tower leasing, connectivity, dan power to tower.

"Dengan pemetaan tersebut, kami optimistis strategi ini akan disambut positif semua operator. Apalagi, ditambah 32 persen menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler," lanjut Teddy.

Pasca akuisisi menara Telkomsel, ujar Teddy, Mitratel lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan. Mitratel, lanjut Teddy, menawarkan skema bisnis dan total solusi yang tidak memerlukan investasi besar kepada para operator dalam memberikan kemudahan dan efisiensi bagi pelanggan.

Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk Ririek Adriansyah mengatakan konsolidasi bisnis konektivitas akan memperbesar valuasi anak-anak usaha Telkom. Hal itu sudah dilakukan dengan bisnis menara telekomunikasi yakni menggabungkan menara Telkomsel ke dalam Mitratel.

"Dengan penggabungan ini, unlocking bisnis sektor telekomunikasi di bawah Telkom Group dapat terlaksana," ujar Ririek.

Ririek menilai langkah mengkonsolidasikan bisnis anak usaha Telkom merupakan realisasi dari lima strategi besar yang dikenal dengan Five Bold Moves untuk menjadi industri telekomunikasi kelas dunia. Hal ini bertujuan untuk mendorong transformasi bisnis, meningkatkan kapitalisasi pasar (market cap) dengan valuasi Rp 500 triliun hingga Rp 700 triliun, unlocking bisnis serta Ebitda yang harus terus bertumbuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement