Selasa 04 Oct 2022 10:00 WIB

Redam Potensi Crowd Behavior untuk Cegah Tragedi Kanjuruhan Terulang, Ini Saran Pakar Unpad

Fenomena crowd behavior merupakan perilaku individu yang memicu perilaku kolektif.

Rep: Kampus Republika/ Red: Partner
.
.

Suporter menjadi organ yang tidak terpisahkan dalam dunia sepak bola. Potensi crowd behavior di kalangan supporter perlu diredam sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan yang baik. Ilustrasi. Foto : antara  
Suporter menjadi organ yang tidak terpisahkan dalam dunia sepak bola. Potensi crowd behavior di kalangan supporter perlu diredam sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan yang baik. Ilustrasi. Foto : antara

Kampus—Kerusuhan sepak bila di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (01/10/22) malam menjadi tragedi kelam dalam dunia sepak bola Indonesia dan dunia. Potensi crowd behavior menurut pakar Universitas Padjadjaran (Unpad) perlu diredam sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan yang baik.

Menurut sosiolog Unpad Dr Hery Wibowo, di balik tragedi kerusuhan tersebut, suporter menjadi organ yang tidak terpisahkan dalam dunia sepak bola. Dosen Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas mengatakan menjadi suporter suatu klub sepakbola merupakan identitas sosial yang membanggakan dan mampu meningkatkan citra diri.

“Ini adalah identitas sosial yang mampu meningkatkan ‘status’ atau bahkan ‘harga diri’ pada konteks kehidupan bermasyarakat. Dari anggota masyarakat yang ‘bukan siapa-siapa’, seseorang dapat merasa menjadi ‘seseorang, atau warga negara berstatus menengah’ dengan menjadi suporter aktif (fanbase) dari klub tertentu,” kata Hery seperti dikutip dari laman unpad.ac.id.

Karena itu, menurut Hery, militansi suporter sangat terlihat ketika klub idolanya akan bertanding. Apa lagi saat ini pertandingan sepak bola kembali diperbolehkan untuk ditonton secara langsung di dalam stadion.

Lebih lanjut Ketua Program Studi Sarjana Sosiologi FISIP Unpad tersebut menjelaskan, keberadaan suporter di stadion memiliki dinamika tersendiri. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah potensi menghasilkan perilaku “crowd” (crowd behavior).

Dia menjelaskan, perilaku ini merupakan fenomena ketika sejumlah orang yang berkumpul dalam suatu kerumunan khusus akan berpotensi menghasilkan perilaku yang tidak akan terjadi pada situasi normal. Fenomena ini merupakan perilaku individu yang memicu perilaku kolektif.

Seseorang dalam menghasilkan crowd behavior, kata Hery, akan memiliki keberanian semu yang mampu memicu keberanian kolektif lainnya. Seorang individu akan merasa sangat berani dan kuat (powerfull), merasa benar, dan tanpa ragu melakukan suatu tindakan.

“Seorang individu dalam crowd akan cenderung merasa ‘berkali-kali lipat lebih berani’ dalam melakukan sesuatu yang ada dipikirannya, ia akan tidak ragu-ragu dalam melakukan niatannya. Hal dapat terjadi karena ia merasa “akan” didukung oleh kelompoknya dalam segala tindakan yang dilakukannya,” jelasnya.

Lebih lanjut Hery mengatakan, kekalahan tim memicu pendukungnya menghasilkan perilaku crowd. Hal ini dapat terjadi karena suporter telah menganggap tim sebagai identitas sosial ataupun konsep diri mereka. Maka, ketika sesuatu terjadi ataupun menimpa tim, seakan menyentuh harga diri (self esteem) ataupun sisi batin terdalam pendukungnya.

“Sehingga secara umum, kekesalan hingga kemarahan akan dapat mudah tersulut, karena jiwa dan pikiran suporter selalu terhubungan dengan tim dan seluruh dinamikanya. Seperti bagian tubuh yang lengkap, jiwa ujung jari terasa sakit, maka dirasakan oleh seluruh anggota badan yang lainnya,” papar Hery.

Karena itu, menurutnya, potensi crowd behavior perlu diredam sedini mungkin dengan tata kelola ataupun manajemen pertandingan yang baik. Namun, antisipasi yang dilakukan bukan berarti harus secara anarkis.

Di sisi lain, kata Hery, sistem pertandingan lapangan, baik penyelenggara, pemain, dan pengadil harus menjunjung tinggi sportivitas. Penegakan sportivitas dan penyelenggaraan pertandingan yang baik diharapkan dapat menularkan semangat sportivitas ke suporter.

“Penonton wajib terus diedukasi untuk menerima kemenangan dan kekalahan. Pertandingan yang berjalan sportif, akan dapat diterima baik oleh pendukung tim yang menang ataupun yang kalah,” tandas Hery.

Baca juga :

Cegah Penularan HIV/AIDS di Kalangan Mahasiswa, Begini Saran Ahli Unpad

Lomba Pembuatan Produk Berbasis Teknologi Metaverse untuk Mahasiswa, Yuk Ikut

Lomba Konten APBN 2022 di YouTube dan TikTok untuk Pelajar, Yuk Merapat

Ini 23 Finalis Lomba Paduan Suara Mahasiswa Nasional Tahun 2022

Sekretariat Negara Buka Lowongan Magang untuk Mahasiswa, Ini Syarat Lengkapnya

Kemdikbudristek Buka Pendaftaran Mahasiswa Pendamping KLS, Dikonversi Magang 20 SKS

Ini Tips Agar Lolos IISMA dari Mahasiswa ITB

Ikuti informasi penting dari kampus.republika.co.id. Silakan memberi masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement