Ahad 06 Nov 2022 16:05 WIB

Scholz: China Bakal Setujui Penggunaan Vaksin BioNTech

Selama pandemi COVID-19, China tidak memberikan satu pun persetujuan vaksin asing.

Red: Friska Yolandha
Sebuah botol dengan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19. Kanselir Jerman Olaf Scholz memperkirakan otoritas China tidak lama lagi akan memberikan persetujuan penggunaan vaksin COVID-19 berbasis mRNA yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jerman, BioNTech.
Foto: AP/Mary Altaffer
Sebuah botol dengan vaksin Pfizer-BioNTech COVID-19. Kanselir Jerman Olaf Scholz memperkirakan otoritas China tidak lama lagi akan memberikan persetujuan penggunaan vaksin COVID-19 berbasis mRNA yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jerman, BioNTech.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kanselir Jerman Olaf Scholz memperkirakan otoritas China tidak lama lagi akan memberikan persetujuan penggunaan vaksin COVID-19 berbasis mRNA yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Jerman, BioNTech. Saat memberikan keterangan pers di Beijing, Jumat (4/11/2022), Scholz mengaku telah berbicara kepada Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang terkait peningkatan kerja sama kedua negara di berbagai bidang.

"Itu berarti diijinkannya penggunaan BioNTech untuk warga asing di China dan pemberian persetujuan di dalam China," ucapnya.

Baca Juga

Meskipun baru tahap awal, pemimpin Jerman itu berharap penggunaan BioNTech diperluas bagi siapa saja yang berada di China.

CEO BioNTech Ugur Sahin ikut serta dalam delegasi bisnis Jerman bersama Scholz dalam kunjungan kenegaraannya ke China pada 4-5 November 2022. Selain Sahin, ada juga sejumlah eksekutif senior dari berbagai perusahaan terkemuka Jerman lainnya, sepertiAdidas, Deutsche Bank, Siemens, Volkwagen, BMW, BASF, Wacker Chemie, Bayer, dan Merck.

PM Li mengatakan bahwa kerja sama ekonomi dan perdagangan merupakan landasan hubungan bilateral China dan Jerman.

"China bersedia meningkatkan kerja sama dengan Jerman di berbagai bidang, seperti perdagangan dan investasi, manufaktur dan penanganan COVID-19 serta perubahan iklim," katanya seperti dikutip dalam keterangan dari Kementerian Luar Negeri China (MFA) di Beijing, Sabtu.

Selama hampir tiga tahun pandemi COVID-19, China tidak memberikan satu pun persetujuan vaksin buatan asing, meskipun BioNTech telah melakukan kesepakatan kolaborasi dengan Shanghai Fosun Pharmaceutical pada 2020, menurut media lokal. Vaksin hasil kolaborasi perusahaan Jerman-China tersebut hanya bisa digunakan di Hong Kong, Makau, dan Taiwan. 

Warga negara asing di China selama ini hanya bisa menggunakan vaksin berbasis inaktif yang dikembangkan perusahaan lokal China. Kalau pun ada warga asing yang menggunakan vaksin buatan BioNTech, mereka mendapatkannya dari kedutaan besar masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement