Mereka Mengenalkan Islam di Pusat Sao Paulo
"Silakan diambil ini gratis," kata seorang wanita berjilbab usia 30 tahunan yang membagikan brosur di gerbang gedung tua di Jalan Jose Bonifacio Anhangabau, Sao Paulo, dekat FIFA Fan Festival Piala Dunia 2014 Brasil, Rabu (18/6).
Jika pemandangan seperti ini ada di Indonesia, maka hal itu jamak adanya. Namun pemandangan seperti itu justru ada di Sao Paulo Brasil yang sebagian besar penduduknya memeluk Katolik.
Tak hanya itu, pemandangan satu wanita berjilbab di pusat kota Sao Paulo, di tengah lalu lalang dan kerumunan suporter, tentu bisa dibilang sesuatu yang unik.
Wanita berjilbab itu tak sendirian. Ia membagikan berbagai brosur yang antara lain berjudul "Mengapa Islam", "Ingin Tahu tentang Islam", "Muhammad, Siapa Dia?", dan "Wanita dalam Islam", bersama dua rekan laki-laki. Salah satu laki-laki itu bernama Taofeek Olamilekan Osuelde.
Taofeek adalah imigran asal Nigeria yang sudah delapan tahun menetap di Sao Paulo. Ia mengaku dari hari ke hari pemeluk Islam di Brasil kian bertambah. "Islam berkembang sangat baik di sini, karena toleransi umat lain di sini juga bagus," tuturnya.
Taofeek lantas memperkenalkan pemimpin 'gerakan mengenalkan Islam di Sao Paulo', Akan Ahmad Oado. Oado adalah warga Muslim asli Brasil yang tinggal di Diadema. Ia sudah lama berkecimpung di organisasi bernama Centro de Divulgacao do Islam para a America Latina (CDIAL) yang bertujuan mengenalkan Islam di Brasil dan seluruh wilayah Amerika Selatan.
Oado mengaku gedung tua yang terletak persis di depan stasiun bawah tanah (subway) Anhangabau ini sudah menjadi milik umat Islam karena telah dibeli donatur asal Uni Emirat Arab. Lantai satu gedung itu akan digunakan sebagai pusat informasi. Di lantai ini penuh dengan kardus berisi brosur-brosur dan CD tentang Islam.
Rencananya, kata Oado, lantai dua di gedung tua ini akan dihibahkan untuk menjadi masjid di tengah kota Sao Paulo. Saat ini ia dan rekan-rekannya masih melakukan penataan ruangan untuk shalat berjamaah dan tempat mengaji. "Masih banyak yang harus dibenahi, lihat saja atap gedung ini masih bocor," kata Oado.
Menurut Oado, pembangunan masjid di Brasil sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Sejak itu beberapa masjid sebagian besar dari muslim Suni mulai berdiri di negara bagian Paraná, Sao Paulo, Mato Grosso, Goiás, dan Minas Gerais.
Masjid-masjid tersebut dibangun dengan gaya arsitektural Arab yang sangat kental, sebagai respon meningkatnya imigran Timur Tengah ke negara tersebut. "Sampai permulaan abad ke-21 ini, berbagai organisasi Islam sudah bertebaran di seantero Brasil," katanya.
Komunitas Muslim di Brasil, kata Oada, mayoritas merupakan para pendatang yang mencapai 99 persen dari total konsentrasi populasi di Sao Paulo, Paraná, Rio Grande do Sul, dan Rio de Janeiro. Namun, ia mengaku tak tahu persis berapa jumlah keseluruhan kaum Muslim di Brasil.
"Mungkin sudah ratusan ribu Muslim di sini. Yang saya tahu jumlah masjid di Sao Paulo sudah mencapai empat buah dan akan menjadi lima jika bangunan di sini selesai dibenahi," ucapnya.
Oada dan rekan-rekannya lantas meminta izin untuk kembali menyebarkan brosur ke orang-orang yang lewat di sepanjang jalan Anhangabau. Kegiatan itu dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat karena mereka harus menghentikan aktivitas untuk melaksanakan shalat Jumat.