BOJ: Corona Bisa Timbulkan Kerusakan Serius untuk Jepang

Epidemi corona telah merugikan ekspor dan kondumsi domestik Jepang.

wadsam.com
Bank of Japan
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/ BOJ) Haruhiko Kuroda menilai, wabah virus corona dapat menimbulkan kerusakan serius pada ekonomi Jepang. Ia menekankan, bank sentral siap mengambil tindakan yang tepat untuk mendukung pemulihan ekonomi yang kini sedang rapuh.

Pernyataan itu muncul Rabu (4/3), di tengah kekhawatiran resesi memberikan tekanan kepada BOJ untuk mengikuti jejak bank sentral lain dan meningkatkan stimulus pada rapat tinjauan suku bunga bulan ini.

Dilansir di Reuters, Rabu (4/3), ekonomi Jepang seharusnya diprediksi pulih pada kuartal saat ini. Tapi, epidemi virus corona telah merugikan ekspor dan konsumsi domestik. Kuroda mengatakan, dampak tersebut terutama dirasakan melalui penurunan jumlah turis China.

Kuroda menambahkan, apabila epidemic ini berkepanjangan, tidak menutup kemungkinan bahwa proses produksi di Jepang ikut terpengaruh. "Kita harus sadar bahwa dampak dari wabah ini dapat besar," ujarnya di hadapan parlemen.

Pernyataan Kuroda menggarisbawahi kekhawatiran yang tumbuh di kalangan pembuat kebijakan BOJ atas dampak dari epidemic corona. Ekonomi Jepang diketahui sudah terseok-seok akibat kenaikan pajak penjualan tahun lalu dan bencana alam yang mengganggu sistem produksi.

Belanja modal dan pemerintah yang kuat kini terus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Jepang. Tapi, Kuroda menyebutkan, pemulihan sangat tergantung pada seberapa lama waktu yang dibutuhkan negara untuk mengatasi epidemi.

"Kami akan berhati-hati mengawasi perkembangan ekonomi dan pasar, dan mengambil tindakan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan," tuturnya.

Diketahui, epidemi corona telah memupuskan harapan kepulihan ekonomi Jepang dari pelemahan kuartal. Berulang kali. Kuroda mengatakan, BOJ tidak akan ragu untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut apabila risiko corona mengancam target inflasi pemerintah, yakni dua persen.

Tapi, beberapa pihak di BOJ merasa, kebijakan moneter tidak bisa berdampak banyak untuk menghilangkan ketakutan masyarakat terhadap epidemi. Pandangan ini disampaikan sumber yang memahami isu.

Pada Senin (2/3), Kuroda telah berjanji untuk mengalirkan lebih banyak likuiditas ke pasar dan meningkatkan pembelian aset. Janji ini disampaikannya untuk menenangkan pasar. Namun, lagi-lagi, pembuat kebijakan BOJ lainnya merasa bahwa bank sentral telah melakukan cukup banyak kebijakan dan tidak perlu membuat langkah terburu-buru sebelum rapat dewan gubernur pada 18-19 Maret mendatang.

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan kepada komite parlemen bahwa pemerintah akan mengambil sejumlah langkah fiskal yang cukup dan perlu untuk menangkis ancaman ekonomi.


Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler