In Picture: Panen Raya Padi di Tengah Wabah Corona
Sejak subuh para buruh panen sudah berdatangan ke lokasi pematang sawah.
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Mentari pagi masih belum menampakkan sinarnya. Namun, satu demi satu pasangan suami-istri yang mengendarai sepeda motor 'butut' itu, mulai tampak berkumpul di salah satu pematang hamparan sawah di Blok Ki Buyut Depong, Desa Terusan, Kecamatan Sidang, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jabar, Sabtu (28/3). Mereka adalah para buruh panen padi yang akan melakukan panen raya.
Sejak subuh para buruh panen ini sudah berdatangan dari desa-desa disekitaran Kecamatan Sidang ke lokasi pematang sawah. "Daripada berdiam diri di rumah karena corona, lebih baik ikutan jadi buruh panenan," ujar salah seorang buruh tani saat ditemui Republika.
Isu corona dan himbauan aparat agar tetap tinggal di rumah semasa wabah corona masih merebak, tetap mereka patuhi. Namun, mereka pun percaya, bahwa dengan bekerja menyabit tanaman padi dan kemudian menggebodnya (merontokan bulir gabah, Red), juga merupakan bentuk olah raga yang sehat. Apalagi, itu pun dilakukan saat pagi hari, dimana sinar matahari pagi yang banyak mengandung vitamin D dan E alami yang dipercaya dapat meningkatkan imunitas serta menyehatkan tubuh.
Meski tubuh berasa lelah, tapi raut muka ratusan buruh tani itu memancarkan kesumringahan. Betapa tidak, saat pekerjaan sulit didapat, rejeki di pagi hari dari Allah SWT membawa mereka ke hamparan sawah siap panen. Lembaran rupiah pun mereka terima dari hasil pekerjaannya itu. Untuk tiap satu karung gabah kering hasil panen dengan berat 55 kg, para buruh panen padi ini menerima upah sebesar Rp. 264 ribu. "Alhamdulillah, badan jadi sehat Pak, karena nggebod ini. Ya, lebih alhamdulilah nya lagi, dapat rejeki uang pembayaran dari penjualan gabah hasil buruh panenan ini," kata Utun (35 tahun) buruh tani asal Desa Terusan.