Pedoman WHO untuk Muslim Saat Ramadhan
Umat Muslim saat Ramadhan diminta saling mengingatkan jaga jarak fisik.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman bagi umat Islam untuk menyambut Ramadhan dengan aman saat pandemi virus corona atau Covid-19. Pedoman ini dibuat untuk memastikan kesehatan dan keselamatan semua orang.
Dengan mematuhi aturan yang disetujui WHO, masyarakat dapat menenangkan pikiran dan yakin mereka masih dapat melaksanakan puasa Ramadhan dengan aman tanpa membahayakan kesehatan mereka atau kesehatan orang lain. Berikut pedoman dari WHO untuk Muslim saat Ramadhan, dilansir di Gulf News, Ahad (19/4).
Berbagi
Umat Islam harus memperhatikan protokol kesehatan tentang menjaga jarak fisik satu sama lain saat membayar dan membagikan sedekah atau zakat. Hindari kerumunan dan jangan membuat kerumunan saat memberikan sedekah dan zakat.
Acara buka puasa bersama jangan membuat orang berkerumun. Pertimbangkan untuk menggunakan kotak makanan agar setiap orang tetap menjaga jarak fisik satu sama lain. Perhatikan jarak fisik saat melakukan pengumpulan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi makanan.
Jaga kebersihan dan kesehatan
Bila pertemuan sosial dan keagamaan dilarang, WHO merekomendasikan masyarakat menggunakan teknologi seperti televisi, radio, dan media sosial.
Umat Islam melakukan wudhu sebelum shalat. Hal ini dapat membantu menjaga kebersihan dan kesehatan. Langkah-langkah tambahan ini juga harus dipertimbangkan. Di antaranya, gunakan sabun dan air serta pembersih tangan yang memiliki kadar alkohol minimal 70 persen. Gunakan tempat sampah sekali pakai dan tutup tempat sampahnya. Gunakan sajadah milik pribadi, jangan gunakan karpet umum.
Saling ingatkan tentang menjaga jarak fisik
Berlatih menjaga jarak fisik dengan ketat. Setiap orang minimal menjaga jarak sejauh satu meter dengan orang lain di sekitarnya.
Bersalamanlah dengan cara menghindari kontak fisik. Caranya seperti melambaikan tangan, mengangguk, atau meletakkan tangan di dada. Selain itu, jangan berkumpul di tempat hiburan, pasar, dan toko.
Puasa
Belum ada penelitian tentang puasa membuat berisiko terinfeksi Covid-19. Orang sehat harus dapat berpuasa selama bulan Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, pasien Covid-19 dapat mempertimbangkan ibadah puasa mereka dengan berkonsultasi kepada dokter. Begitu pula mereka yang sedang sakit karena penyakit lain.
Aktivitas fisik
Selama pandemi Covid-19 banyak orang dibatasi dari melakukan aktivitas fisik di luar. Sebagai pengganti kegiatan di luar ruangan, gerakan fisik dilakukan dalam ruangan. Bila memungkinkan, ikutilah kelas aktivitas fisik secara daring untuk menjaga kebugaran.
Jaga kebutuhan nutrisi tubuh
Memilih nutrisi yang tepat sangat penting selama bulan Ramadhan. Orang harus makan berbagai makanan segar setiap hari. Selain itu, perbanyaklah minum air agar tidak dehidrasi.
Jangan merokok
Penggunaan tembakau tidak disarankan dalam situasi apa pun, terutama selama Ramadhan dan pandemi Covid-19. Perokok berat atau orang yang kemampuan paru-parunya telah berkurang sangat berisiko terkena penyakit Covid-19. Saat merokok, jari-jari tangan menyentuh bibir sehingga memungkinkan virus dari tangan masuk melalui saluran pernapasan. Penggunaan shisa juga berisiko menularkan wabah Covid-19 karena pipa atau alat isap pada shisa digunakan beberapa orang.
Mempromosikan kesehatan mental dan psikososial
Meskipun praktik ibadah saat Ramadhan tahun ini berbeda, sangat penting meyakinkan orang-orang mereka masih bisa berdoa, berbagi, dan peduli dari jarak yang aman. Mereka bisa memastikan keluarga, teman, dan orang-orang dekat masih dapat berkomunikasi dalam jarak fisik yang aman. Maka, perlu dipertimbangkan menggunakan teknologi digital untuk tetap dapat berinteraksi dengan mereka.
Doakan orang yang sakit dan sampaikan pesan-pesan harapan yang membuat nyaman. Bila dilakukan, hal ini dapat menjaga kesehatan masyarakat.
Cegah kekerasan
Dalam penerapan pembatasan berkumpul dan pembatasan aktivitas di luar ruangan dan ruang publik, biasanya peristiwa kekerasan dalam rumah tangga, khususnya terhadap perempuan, anak-anak, dan orang-orang yang terpinggirkan, cenderung meningkat. Pihak berwenang dan pemimpin agama dapat secara aktif berbicara menentang kekerasan tersebut. Mereka harus memberikan dukungan atau mendorong kepada korban untuk mencari bantuan.