Keutamaan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki sejumlah keutamaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam dianjurkan untuk menyongsong Ramadhan dengan hati gembira dan penuh rasa syukur. Inilah bulan ketika pahala amal ibadah dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Maka, jauh-jauh hari sejak bulan Jumadil Awwal, ada doa yang dapat dipanjatkan kaum Muslimin. "Allaahumma baariklanaa fii Rajab wa Sya'baan, wa ballighnaa Ramadhan." (Ya Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.)
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah Muhammad SAW berpesan tentang keistimewaan Ramadhan, "Umatku dikaruniai lima hal yang tidak pernah dikaruniai kepada seorang nabi pun sebelumku.
Pertama, pada malam pertama di bulan Ramadhan, Allah memerhatikan mereka dan siapa saja yang diperhatikan oleh Allah, maka Allah SWT tiada akan menyiksanya.
Kedua, perubahan bau mulut orang yang berpuasa tatkala matahari mulai condong, itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak wangi kasturi.
Ketiga, para malaikat akan memohon kepada Allah bagi mereka pada siang dan malam hari.
Keempat, Allah berfirman kepada surga-Nya, 'Wahai surga, bersiap-siaplah dan berhiaslah engkau karena tidak tama lagi hamba-hamba-Ku akan beristirahat dari penat dan letihnya dunia menuju rumah-Ku dan kemuliaan-Ku.
Kelima, pada malam terakhir Ramadhan, Allah SWT akan mengampuni mereka semua."
Kemudian, salah seorang sahabat bertanya, "Apakah malam yang dimaksud itu adalah malam Lailatul Qadar?"
Rasulullah bersabda, "Tidakkah engkau melihat para pekerja atau pegawai yang bekerja? Maka ketika pekerjaan mereka telah selesai, upah mereka pun dibayarkan.
Bulan Ramadhan adalah saatnya umat Islam meraih kemenangan. Bagi mereka yang menyadari kesalahan-kesalahan, inilah saatnya mengharap dengan sepenuh hati ampunan-Nya. Bergembiralah mereka yang menyadari besarnya karunia Allah SWT.
Rasa syukur itu kemudian dapat mewujud menjadi persiapan sebaik mungkin. Selagi belum masuk Ramadhan, diri dapat dipersiapkan baik secara mental maupun fisik.
Persiapan mental berarti mendapatkan pengetahuan agama sebanyak-banyaknya dari sumber yang sahih tentang pelbagai ibadah sunnah dan wajib kala Ramadhan. Kemudian, apa-apa saja yang mesti dijauhi kala berpuasa. Sebab, jangan sampai puasa kita hanya sekadar menahan haus dan lapar, sehingga nilai amalan sia-sia di hadapan-Nya.
Persiapan secara fisik dapat berupa membiasakan badan kita. Jaga kesehatan. Tak beda dengan ibadah-ibadah lainnya, puasa Ramadhan juga membutuhkan fisik yang prima.