Pandemik Covid-19 Jadi Tantangan dan Ubah Cara Hidup Muslim
Pandemik mendorong Muslim beradaptasi dengan norma sosial yang baru.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya pandemik Covid-19 saat ini membuat kehidupan umat Islam berubah. Pandemik telah mendorong Muslim beradaptasi dengan norma sosial yang baru.
Seperti diungkapkan oleh Mehmet Ozalp, Associate Professor dalam Studi Islam dan juga Direktur di The Centre for Islamic Studies and Civilisation serta Anggota Eksekutif di Public and Contextual Theology di Charles Sturt University. Melansir The Conversation, Kamis (23/4), Ozalp mengatakan bahwa dimensi budaya, spiritual, dan teologis Islam mengajarkan umat Muslim untuk mengatasi kondisi wabah seperti ini dengan berbagai cara, dimulai dari norma sosial yang diterapkan dalam budaya Muslim.
Banyak Muslim yang memiliki pandangan bertentangan tentang perlunya menerapkan pembatasan sosial di satu sisi dan kebutuhan untuk dekat dengan keluarga dan kerabat. Di beberapa bagian negara Australia, seperti di New South Wales dan Victoria, misalnya, pembatasan ketat pergerakkan itu menjadikan masyarakat, termasuk Muslim, tidak diperkenankan untuk mengunjungi keluarga besar lagi.
Salah satu perubahan pertama yang disebabkan oleh pembatasan sosial ini adalah kebiasaan Muslim berjabat tangan dan pelukan dengan teman atau kerabat sesama jenis. Biasanya ini dilakukan terutama di masjid dan organisasi Muslim.
"Setelah satu atau dua pekan diterapkannya pembatasan pada Maret lalu, praktik demikian benar-benar terhenti," ujar Ozalp.
Selain itu, pandemik juga mengubah tradisi Muslim untuk saling berkunjung pada kerabat. Dalam Islam, mengunjungi orang sakit diyakini sebagai perbuatan baik. Akan tetapi, dalam kasus Covid-19, kunjungan semacam itu tidak dimungkinkan. Namun, saat ini Muslim bisa memantau mereka yang sakit melalui panggilan telepon, pesan, dan media sosial.
Namun, salah satu aspek pencegahan virus corona sejalan dengan ajaran Islam. Sebagaimana diketahui, bahwa organisasi dan pakar kesehatan telah mendorong dan mengimbau masyarakat agar menerapkan pola kebersihan pribadi, termasuk dengan mencuci tangan sesering mungkin selama 20 detik.
Lebih dari 14 abad yang lalu, Nabi Muhammad Saw telah menekankan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Beliau juga mendorong umat Islam untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, menggosok gigi setiap hari, dan membersihkan kuku serta bagian pribadi dari tubuh mereka.
Selain itu, umat Islam sudah menerapkan praktik berwudhu sebelum shalat lima waktu. Dalam praktiknya, dengan berwudhu seorang Muslim membersihkan dari mulai tangan hingga siku, wajah dan kaki, serta menyeka rambut dan membersihkan telinga. Walaupun ini tidak sepenuhnya mencegah penyebaran penyakit, namun berwudhu dapat membantu mengurangi risiko.
Mewabahnya virus corona juga berdampak pada rutinitas beribadah shalat di masjid. Ibadah shalat di masjid merupakan hal yang penting bagi umat Islam. Sebab, shalat berjamaah di masjid memiliki pahala yang besar bagi Muslim.
Namun, praktik berjamaah demikian dinilai sangat berisiko selama pandemi seperti ini. Karena itulah, masjid-masjid hampir di seluruh dunia ditutup karena virus corona.
Penutupan masjid ini secara otomatis berdampak pada peniadaan sementara shalat Jumat di masjid. Dalam praktiknya, shalat Jumat diawali dengan khutbah dan kemudian shalat berjamaah di waktu dzuhur.
Sejak diperkenalkan oleh Nabi Muhammad SAW pada 622 M, meniadakan shalat Jumat dalam skala global belum pernah terjadi. Namun, virus corona membuat shalat Jumat dan shalat berjamaah lain di masjid ditiadakan sementara.
Kendati begitu, umat Islam tetap memiliki kewajiban untuk menunaikan shalat di rumah masing-masing. Sebab, dalam Islam shalat individu memainkan peran lebih besar daripada berjamaah.
"Muslim dapat melaksanakan shalat di manapun mereka berada dan dalam kondisi apapun," kata Ozalp.