Komet Neowise Masih Bisa Dipantau Setelah Maghrib di DKI

Pengamatan pada Kamis menunjukkan komet Neowise sudah samar dan redup.

AP/Sergei Grits
Komet Neowise atau C / 2020 F3 terlihat di Turet, Belarus, 110 kilometer (69 mil) barat Ibu Kota Minsk, Selasa pagi, 14 Juli 2020. Di DKI Jakarta, komet Neowise masih bisa dilihat dengan bantuan teleskop atau kamera digital pada Kamis menjelang mentari tenggelam.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Rhorom Priyatikanto mengatakan, komet Neowise atau C/2020 F3 dapat dilihat dengan baik setelah maghrib, Kamis (23/7). Penampakannya masih bisa terlihat hingga matahari tenggelam.

"Komet Neowise baik dilihat setelah maghrib hingga matahari tenggelam sekitar pukul 19.40 WIB untuk pengamatan di Jakarta," kata Rhorom yang merupakan peneliti astronomi dan astrofisika pada Pusat Sains Antariksa Lapan kepada Antara, Jakarta, Kamis.

Komet itu melintasi titik terdekat dengan Bumi pada 23 Juli 2020 pada pukul 09.41 WIB dengan jarak terdekat 103,5 juta kilometer dari Bumi. Rhorom menuturkan, pengamatan pada Kamis menunjukkan komet Neowise memang sudah samar dan redup.

Baca Juga


Akan tetapi, komet masih mungkin dilihat dengan mata telanjang, meski fitur koma atau ekor komet hampir tak terlihat dengan mata. Komet berada di arah Barat Laut atau 45 derajat dari Barat dengan ketinggian sekitar 15 derajat. Rhorom menuturkan, tantangan terbesar mengamati komet dari Indonesia adalah kondisi cuaca.

"Mendung dan awan di dekat ufuk selalu menjadi penghambat," tuturnya.

Selain itu, komet sudah meredup sehingga identifikasinya menjadi lebih menantang. Dibutuhkan bantuan teleskop atau kamera digital untuk melihatnya.

Komet C/2020 F3 sudah ada di atas horizon langit Indonesia pada malam hari sejak 20 Juli 2020. Semakin lama, komet akan semakin meninggi posisinya saat senja sehingga durasi komet bisa diamati lebih panjang. Namun, kecerlangannya akan semakin meredup.

Saat ini, komet berada di daerah rasi bintang Ursa Mayor (rasi Biduk), sekitar arah barat laut saat senja di akhir Juli 2020. Karena komet sudah cukup redup, pengamatan menggunakan binokuler, teleskop, atau kamera dengan kemampuan bukaan panjang sangat dianjurkan.


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler