China Tegaskan Dukungan untuk Kemerdekaan Palestina

China berharap masalah Palestina kembali ke jalur dialog.

EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
China Tegaskan Dukungan untuk Kemerdekaan Palestina. Polisi perbatasan Israel berjaga-jaga ketika buldoser menghancurkan sebuah rumah di daerah Tepi Barat Masafer, dekat Yatta, 06 Agustus 2020. Masafer Yatta, koleksi 19 dusun Palestina digolongkan sebagai Area C, yang berada di bawah kendali Israel, sejalan dengan Persetujuan Oslo II. Rumah-rumah itu hancur setelah penyewa Palestina mereka tidak memberikan izin yang dibutuhkan Israel untuk membangun infrastruktur di daerah tersebut.
Rep: Kamran Dikarma Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China turut mengomentari kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel. Terkait hal ini, China menegaskan akan terus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

Baca Juga


"China telah mencatat laporan yang relevan, termasuk yang mengatakan Israel akan berhenti mencaplok sebagian wilayah Palestina dan berkomitmen mencapai solusi komprehensif, adil, dan permanen untuk masalah Palestina. China menyambut baik langkah-langkah yang akan membantu meredakan ketegangan antarnegara di Timur Tengah dan mempromosikan perdamaian serta stabilitas kawasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina Zhao Lijian pada Jumat (14/8), dikutip laman resmi Kemlu Cina.

Zhao mengungkapkan China berharap pihak-pihak terkait akan mengambil tindakan konkret agar masalah Palestina kembali ke jalur dialog yang sejajar. "Posisi China dalam masalah Palestina konsisten dan jelas. Kami akan terus mendukung dengan tegas dan memainkan peran aktif dan konstruktif dalam perjuangan rakyat Palestina untuk mendapatkan kembali hak-hak nasional mereka yang sah dan membangun negara merdeka," ujarnya.

Kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tercapai dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan percakapan via telepon pada Kamis (13/8).

Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju menangguhkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Namun Netanyahu menekankan, rencana aneksasi tidak sepenuhnya disingkirkan.

"Kami tidak akan menyerahkan hak kami atas tanah kami. Tidak ada perubahan rencana saya untuk memperluas kedaulatan, kedaulatan kami atas Yudea dan Samaria (Tepi Barat), di bawah koordinasi penuh dengan AS," katanya.

Sebaliknya, UEA menganggap normalisasi menghentikan rencana aneksasi Israel. "Kesepakatan telah dicapai untuk menghentikan lebih jauh aneksasi Israel terhadap wilayah Palestina," cicit Al Nahyan di Twitter, dikutip Aljazirah.

Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel. Palestina memandang hal itu sebagai pengkhianatan. 

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler