Akhir Hidup Yahudi yang Melecehkan Alquran
Huyay bin Akhthab merupakan seorang tokoh Yahudi di zaman Nabi Muhammad SAW
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berdakwah, Nabi Muhammad SAW menghadapi tantangan dari kaum musyrikin. Di antara mereka, ada yang begitu sengit permusuhannya terhadap Islam. Salah satunya adalah Huyay bin Akhthab.
Huyay merupakan orang Yahudi. Kebenciannya terhadap Rasulullah SAW sampai-sampai tercatat dalam The Jewish Encyclopedia meskipun dengan nada memuji: "prajurit pemberani dan musuh utama Muhammad." Buku-buku sejarah Islam menggelari tokoh ini sebagai "setan Yahudi" lantaran kedengkiannya yang mendalam terhadap Nabi SAW.
Huyay pernah mendeklarasikan bahwa dirinya akan membenci sang pembawa risalah Islam itu di sepanjang usianya. "Aku akan memusuhinya selama aku masih hidup," ujar Huyay kepada saudaranya, Abu Yasir, tatkala menerima kabar hijrahnya Nabi SAW ke Madinah (dahulu bernama Yastrib).
Bahkan, Huyay dengan sombongnya berani mencela Allah SWT dan melecehkan Alquran. Sebagai contoh, suatu ketika ia mendengar kaum Muslimin membacakan surah al-Baqarah ayat 245.
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ - ٢٤٥
(Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.")
Seketika, Huyay mengolok-olok ayat suci itu. Ia lantas berkata, "Bagaimana mungkin Tuhan kita berutang kepada manusia!? Pastilah yang berutang itu miskin, toh biasanya yang miskin berutang kepada si kaya."
Menurut penuturan Qatadah, momen ini menjadi asbabun nuzul surah Ali Imran ayat 181.
لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ - ١٨١
(Artinya: "Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar!'")
Sungguh tercela tuduhan Huyay yang menyebut Allah miskin, sedangkan makhluk-Nya lebih kaya. Padahal, konteks ayat pada surah al-Baqarah itu ialah pujian Allah terhadap orang-orang beriman yang menginfakkan diri dan hartanya di jihad fii sabilillah.
Ungkapan "meminjami Allah dengan pinjaman yang baik" berarti menginfakkan harta di jalan Allah.
Sayyid Qutb dalam Fii Zhilal al-Qur'an menjelaskan terkait al-Baqarah ayat 245, "Infak adalah pinjaman yang baik kepada Allah." Dalam arti, harta yang telah diinfakkan seorang hamba di jalan Allah akan tersimpan di sisi-Nya. Allah melipatgandakannya dengan lipat ganda yang banyak. Di dunia, ganjaran itu bisa berupa keberkahan, kebahagiaan, kekayaan, dan kegembiraan. Di akhirat kelak, insya Allah balasannya berupa surga-Nya.
Ayat itu juga menjadi kabar baik bagi Muslimin yang memiliki semangat tinggi dalam membela agama Allah, tetapi karena suatu hal berhalangan hadir di medan jihad. Firman-Nya itu menegaskan, jihad pun dapat dilakukan melalui harta-benda. Infak dianjurkan untuk meretas jalan bagi para mujahid fii sabilillah.
Sejarah mencatat, riwayat Huyay bin Akhthab berakhir dengan nahas. Sebelum Perang Khandaq, tokoh Bani Quraizhah ini memprovokasi orang-orang Arab agar bersekutu memusuhi Nabi Muhammad SAW dan Muslimin.
Setelah dikepung pasukan Islam selama 25 hari, benteng Bani Quraizhah akhirnya tak dapat bertahan. Di dalamnya, termasuk Huyay. Ia menjadi salah satu tawanan yang dihukum mati lantaran propaganda dan aksi kejahatannya selama ini dalam memusuhi Islam.
Sebelum dieksekusi, Huyay masih sempat berkata kepada Rasulullah SAW, "Demi Allah! Aku tidak menyesal telah memusuhimu. Semua telah ditakdirkan. Siapapun yang dihinakan Allah, maka akhirnya akan terhina juga!"