Perkuat Pengawasan, PPNS BPH Migas akan Dibekali Senjata Api
Pembekalan senjata api agar PPNS semakin percaya diri memberantas mafia migas
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa didampingi Komite BPH Migas M Lobo Balia dan Sekretaris BPH Migas Bambang Utoro beserta Tim melakukan kunjungan kerja ke PT Pindad, Bandung, Jumat (2/10). Rencananya untuk memperkuat pengawasan sektor BBM, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPH Migas akan dilengkapi senjata api.
Dalam kunjungan tersebut, rombongan BPH Migas diterima oleh Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose, Direktur Bisnis Produk Pertahanan dan Keamanan Heru Puryanto beserta Tim.
Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa menyampaikan fokus utama kunjungannya ke PT Pindad, terkait pembekalan senjata untuk PPNS BPH Migas. Pembekalan senjata api ini dilakukan untuk perlindungan diri dan juga agar para PPNS semakin percaya diri, kuat mental, dan berani dalam memberantas mafia migas. Untuk itu BPH Migas memandang perlunya kerjasama dengan PT Pindad (Persero) dalam pengadaan senjata api tersebut.
BPH Migas dalam kaitannya sebagai lembaga yang bertugas melakukan pengawasan distribusi BBM, saat ini memiliki 30 PPNS. "Kami ingin penyidik kami yang berjumlah 30 orang ini yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di Lemdiklat Polri Diklat Reserse Megamendung dan telah dilantik oleh Kemenkumham dibekali senjata yang sesuai agar semakin berani dalam memberantas para mafia BBM," ujar Ifan sapaan untuk M Fanshurullah Asa dalam siaran persnya.
Lebih lanjut Ifan menambahkan saat ini pelanggaran dalam kegiatan hilir migas semakin meningkat baik BBM subsidi maupun nonsubsidi. Diantaranya berupa pengoplosan BBM, penyalahgunaan / penyelewengan BBM subsidi, modifikasi tangki BBM, dan Usaha illegal / izin palsu /izin kadalurasa namun masih melakukan kegiatan usaha. Berdasarkan data dari BPH Migas ditahun 2020 hingga Agustus terdapat 281 kasus dengan barang bukti sebanyak 1.341, 66 kiloliter (KL).
Diceritakan oleh Ifan, Tim PPNS BPH Migas saat itu akan menangkap penyimpangan BBM di Medan berbalik arah karena mereka bawa senjata api, sehingga pasukan kocar kacir. Pernah juga tim terpadu yang melibatkan TNI darat dan udara, juga Polri, ketika di Sumsel, juga berhadapan dengan para mafia yang membawa senjata yang lebih canggih.
“Kami ingin PPNS BPH Migas selain dilengkapi dengan senjata, juga nanti dilatih oleh Kopassus, supaya kedepan menjadi Kopassus di bidang Migas," imbuh Ifan.
Selain itu Ifan juga berharap PT Pindad dapat memproduksi sarana dan prasarna pendukung untuk kegiatan usaha disektor hilir migas, seperti pembuatan ISO Tank untuk LNG, peralatan pipanisasi gas, dan juga sarana dan prasarana untuk mini SPBU seperti shelter, dispenser dan tangki penyimpanan BBM yang saat ini sudah berjalan. "Kedepan kita ingin prioritas penggunaan produksi dalam negeri dalam kegiatan sektor hilir migas, yang saat ini masih banyak dimpor, akan kita gantikan dengan produksi dalam negeri," ujar Ifan.
Sementara itu Direktur Bisnis Produk Pertahanan dan Keamanan Heru Puryanto pada kesempatan tersebut menjelaskan secara singkat bahwa saat ini Pindad memiliki dua bidang bisnis yaitu produk bisnis pertahanan dan keamanan (hankam) dan produk bisnis nonhankam. Untuk produk bisnis hankam meliputi kendaraan tempur, senjata berbagai macam kaliber dan amunisi.
Adapun yang nonhankam yaitu alat-alat yang berhubungan dengan industrial, seperti alat pertanian, tabung gas berbagai ukuran, Ventilator dan juga sarana dan prasarana Pertashop seperti shelter, dispenser dan tangki penyimpanan BBM.
“Pada prinsipnya bisnis utama Pindad adalah produk pertahanan dan keamanan, karena itu ada core utama kami. Kami menyambut baik rencana kerjasama BPH Migas untuk pengadaan senjata api dan harapan kami PT Pindad juga dapat beperan serta dalam menyediakan kebutuhan induastri di sektor hilir migas,” ujar Heru.
Setelah acara pertemuan, Kepala BPH Migas dan tim melakukan site visit ke pabrik dan display senjata dan juga uji coba menembak dengan beberapa varian senjata laras panjang.