Studi: Kekebalan Pascainfeksi Covid Bertahan Delapan Bulan

Vaksin diklaim bisa memberikan harapan untuk perlindungan jangka panjang

Pixabay
Ilustrasi Covid-19
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Baru-baru ini, penelitian dari Monash University di Australia menyebut kekebalan terhadap virus corona dapat bertahan hingga delapan bulan setelah terinfeksi. Dengan demikian vaksin diklaim bisa memberikan harapan untuk perlindungan jangka panjang.

Studi yang dilakukan oleh Departemen Imunologi dan Patologi Universitas Monash dan Aliansi Riset Alfred tersebut menemukan sel B memori yang "mengingat" virus dan memicu produksi antibodi pelindung jika terpapar kembali. Alhasil para peneliti menemukan,antibodi mulai berkurang setelah 20 hari setelah infeksi. Namun, sel B memori spesifik virus muncul hingga delapan bulan setelah infeksi.

"Hasil ini penting karena secara definitif menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi virus Covid-19 pada kenyataannya mempertahankan kekebalan terhadap virus dan penyakit tersebut," kata Associate Professor di Monash University dan pemimpin penelitian itu, Menno van Zelm, dikutip dari 9news, Senin (23/11).

Dalam pelaksanaannya, penelitian itu menguji 25 pasien Covid-19 dan mengambil sampel darah pascainfeksi dari hari keempat hingga hari ke 242. Penelitian yang menguji 25 pasien ini telah diterbitkan di MedRxiv.

Penelitian itu juga dilakukan hanya beberapa hari setelah kandidat vaksin Pfizer mengumumkan vaksinnya menghasilkan 95 persen keefektifan dalam mencegah Covid-19 ringan hingga parah. Sementara pesaingnya, Moderna, mengatakan vaksinnya 94,5 persen efektif.

"Ini telah menjadi awan hitam yang menutupi potensi perlindungan yang dapat diberikan oleh vaksin Covid-19 dan memberikan harapan nyata bahwa setelah vaksin atau vaksin dikembangkan, mereka akan memberikan perlindungan jangka panjang," kata Van Zelm.

Menurut para peneliti, studi ini adalah bukti terkuat bahwa vaksin Covid-19 akan bekerja untuk waktu yang lama. Penelitian ini juga menepis studi sebelumnya yang menemukan antibodi berkurang dalam beberapa bulan pertama. Itu berarti orang dapat kehilangan kekebalan terhadap virus dengan cepat.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler