Penanganan HIV-AIDS di Indonesia Masih Jadi Tugas Besar
Ada lima provinsi dengan kasus AIDS terbanyak di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penanganan HIV-AIDS di Indonesia hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Salah satunya, di Provinsi Papua yang tercatat sebagai wilayah dengan kasus terbanyak.
"Memang perlu skil khusus dalam kampanye pencegahan dan penyuluhan tentang HIV-AIDS ini. Upaya ini juga harus dilakukan dengan semua stakeholder terkait. Tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri," ujar Wakil Ketua Umum Yayasan AIDS Indonesia, Shinta W Kamdani dalam keterangannya kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (1/12).
Shinta mengingatkan hal ini sebagai bagian untuk memeringati hari AIDS sedunia yang jatuh pada 1 Desember ini. Menyitir laporan Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes per 12 Agustus 2020, ia mengungkap masih ada lima provinsi dengan kasus AIDS terbanyak yakni Papua, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan Bali.
“Sedangkan untuk lima provinsi dengan kasus HIV terbanyak ditempati DKI Jakarta 68.119, Jawa Timur 60.417, Jawa Barat 43.174, Papua 37.662, dan Jawa Tengah 36.262,” paparnya.
Namun demikian Shinta mengatakan Yayasan AIDS Indonesia juga punya angka terbaru di tiga besar provinsi ini. Menurut organisasi nirlaba yang peduli terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan penaggulangan epidemi AIDS ini menyebut, Papua memiliki 23.639 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), disusul Jawa Timur 21.128 lalu Jawa Tengah dengan 12.988.
Terkait hal ini, kata Shinta, sudah seharusnya upaya pencegahan penularan HIV/AIDS tetap terus dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Jika tidak dilakukan langkah konkret, penyebaran HIV/AIDS akan terus terjadi sebagai ‘bom waktu’ yang kelak bermuara pada ledakan angka penerita AIDS.
"Edukasi dan akses terhadap pengobatan yang masih kurang. Ini pekerjaan rumah yang harus diselesaikan semua stakeholder, khususnya yang ada di Papua sana," ujarnya.
Ia tak menampik jika peran prilaku juga mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS. Namun kembali lagi, pengetahuan yang terbatas membuat masyarakat di Papua tak menyadari jika prilakunya itu beresiko akan penularan HIV/AIDS. "Edukasi harus jalan terus, jangan nunggu sampai sakit," tegasnya.