Menu Tahu-Tempe Hilang di Warteg dan Warung Gorengan Jakarta

Pengrajin tahu dan tempe mogok produksi selama empat hari, sejak Kamis (31/12)

Prayogi/Republika.
Pengrajin memindahkan tempe buatannya di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.
Rep: Febryan. A Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menu gorengan tahu dan tempe kini tak lagi tersedia di warung tegal (warteg) dan warung gorengan. Setidaknya begitulah yang Republika.co.id temukan ketika mengunjungi dua warung gorengan dan satu warteg di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (3/12) siang. 

Baca Juga


"Sejak 1 Januari kita tidak ada lagi nyediain gorengan tahu dan tempe. Soalnya orang yang jual sudah tidak ada. Saya sudah cari dari luar sampai ke dalam, mulai dari pagi, siang dan malam, tetap nggak ada yang jual," kata Oji (33 tahun), penjual warteg di Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu. 

Tahu dan tempe menghilang dari peredaran lantaran pengrajin tahu dan tempe mogok produksi selama empat hari, sejak Kamis (31/12) hingga Ahad (3/1). Mereka mogok lantaran harga kedelai, yang merupakan bahan baku tahu dan tempe, naik hingga 35 persen. 

Oji bercerita, terakhir kali warteg yang dia kelola menyediakan gorengan adalah pada Kamis. Ketika itu tahu dan tempe masih ada di PD Pasar Minggu, pasar terdekat dari warteg Oji. 

"Cuma pas hari Kamis itu, pedagang langganan saya sudah bilang, selama tiga hari ke depan tidak jualan. Soalnya orang yang bikin lagi mogok kerja," kata Oji. 

Oji pun mulai tak menyediakan gorengan tahu dan tempe sejak Jumat (1/1). Kini dia etalase wartegnya hanya tersedia gorengan bakwan. Walhasil, sejumlah pelanggan pun mempertanyakan kenapa tak ada lagi gorengan tahu dan tempe. 

Akibatnya, kata Oji, omzetnya terpengaruh. Namun ia enggan menjelaskan seberapa besar dampak menghilangnya tahu dan tempe dari pasaran ini. "Lumayan ada pengaruhnya," kata dia. 

Gorengan tahu dan tempe juga tak lagi bisa ditemukan di warung gorengan...

Salah satunya di warung gorengan milik Imam (25 tahun) di pinggir Jalan Margasatwa, Pasar Minggu. Begitu pula di warung gorengan milik Jimmy (50 tahun) di Jalan Raya Pejaten. 

"Tahu dan tempe sudah tiga hari tidak ada. Pemasok saya udah nggak datang-datang lagi. Saya juga sudah cari di pasar, tapi tetap tidak ada," kata Jimmy. 

Alhasil, kini Jimmy hanya menjual gorengan pisang, bakwan, dan ubi. Pembeli pun sempat mempertanyakan kenapa tahu dan goreng tak ada. "Akibat kosong ini, jualan turun. Walau memang susah turun parah sejak corona," kata dia. 

Jimmy kini berharap tahu dan tempe kembali tersedia di pasaran. "Katanya sih besok (4/1) sudah ada lagi. Cuma katanya harga naik jadi Rp 7.000. Padahal biasanya Rp 5.000," kata Jimmy.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler