Menyelam Hingga Gelap demi Korban Sriwijaya Air

Tim penyelam bekerja keras mengingat keluarga korban yang menunggu kabar.

ANTARA/Muhammad Adimaja
Prajurit TNI AL menaiki sepeda di samping hasil temuan tim penyelamat pada kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) telah mengevakuasi total 74 kantong jenazah korban kecelakaan Sriwijaya Air SJ182 dan sejumlah puing bagian pesawat selama tiga hari pencarian.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rahayu Subekti, Antara

Pencarian jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 terus berlanjut di hari keempat. Penyelam  Korps Kepolisian Air dan Udara Badan Pemeliharaan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korpolairud Baharkam Polri) terus mencari hingga batas jarak pandang di bawah air.

"Kita akan maksimalkan bergantian sampai keadaan di bawah air itu sampai gelap," kata Dirpolair Korpolairud Baharkam Polri Brigjen Polisi Yassin Kosasih di atas Kapal Polisi (KP) Bisma 8003 di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (13/1).

Yassin mengatakan jarak pandang di bawah air saat ini sekitar lima meter. Sehingga masih bisa dilakukan penyelaman untuk pencarian jenazah korban.

"Kita akan maksimalkan sampai jarak pandang masih terlihat. Jarak pandang di air masih sekitar lima meter kita masih mampu melakukan penyelaman," tambahnya.

Yassin menyebutkan penyelam menghadapi hambatan kecepatan angin pada misi pencarian jasad korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air. Hambatan tapi tidak menjadi kendala, tim terus mengutamakan pencarian jenazah.

"Kita fokus untuk mencari korban, karena kami yakin keluarga korban sedang menunggu. Jadi kami fokus kepada korban," ujarnya.

Pada hari keempat pencarian, Korpolairud menerjunkan 30 penyelam serta tambahan beberapa penyelam dari Direktorat Polisi Air Polda Banten serta Polda Jawa Barat. Untuk teknis pencarian dilakukan secara bergantian, gelombang pertama terdiri atas tiga tim dengan total 30 penyelam dengan kurun waktu satu jam penyelaman.

Salah seorang penyelam pencari korban pesawat Sriwijaya Air Bripka Jefry Manik Bintara Unit (Banit) SAR Polisi Perairan dan Udara Polda Banten mengatakan kendala di lapangan ialah jarak pandang dan arus air yang cukup kuat terutama di atas. "Jarak pandang itu maksimal satu meter di kedalaman 18 hingga 20 meter," katanya.

Bahkan, di beberapa titik dipenuhi lumpur sehingga menyulitkan proses pencarian korban. Di samping itu, jika dipaksakan mendekat ke dasar maka semburan lumpur akan naik sehingga mengganggu penglihatan.

Polisi air yang ikut dalam pencarian tiga warga negara asing (WNA) yang hilang di perairan Pulau Sangiang pada November 2019 itu bercerita pengalaman dan kesiapan mental serta kesehatan berpengaruh saat misi kemanusiaan. Bagi penyelam yang sudah beberapa kali menyelam mencari korban di laut lepas, biasanya lebih tenang dibandingkan dengan pemula. Bahkan, secara pribadi ia juga mengalaminya.

Salah satu hal yang membuat kepanikan ialah bila bertemu korban di dasar laut. Baik dalam kondisi utuh maupun tidak. Sebagai petugas, ia mengatakan pencarian korban merupakan misi kemanusiaan sehingga berharap besar bisa menemukan mereka dalam kondisi apapun.

Kepala Kantor Search dan Rescue (SAR) atau Pencarian dan Pertolongan Pontianak, Yopi Haryadi, menginformasikan kepada pihak keluarga korban hari ini telah ditemukan sebanyak 74 kantong jenazah. "Informasi yang kami dapat, pencarian yang dilakukan tim gabungan di lokasi kejadian hingga saat progresnya cukup baik. Pada pukul 11.00 WIB para petugas pencari telah menemukan beberapa bodypack dan properti milik korban," kata Yopi Haryadi di Pontianak.

Hal itu diungkapnya kepada pihak keluarga korban yang ada di wilayah Kalbar saat melakukan pertemuan di Crisis Center yang ada di Aula Angkasapura II Bandara Internasional Supadio, Pontianak. Semua temuan itu kata Yopi, akan dikumpulkan dan diidentifikasi, setelah itu temuan itu akan diserahkan ke Posko dan baru akan dirilis.

"Tim pencari memang saat ini fokus utama untuk mencari korban, namun tidak kalah penting juga sebagian tim pencari juga dikerahkan untuk segera mengangkat black box atau kotak hitam," katanya.

Kepala SAR Pontianak berharap dan mengimbau kepada pihak keluarga korban untuk tetap mendapat informasi yang valid tentang perkembangan pencarian dan penanganan musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya ini.

Maksud dia agar informasi yang didapat benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan tidak membuat pihak keluarga menjadi bingung. "Kami akan selalu memberikan informasi kepada pihak keluarga korban tentang perkembangan pencarian dan penanganan ini," katanya.

Crisis Center Sriwijaya Air SJ-182 yang ada di Aula Angkasapura II Bandara Internasional Supadio akan selalu merilis setiap ada perkembangan terbaru. Sebelum dirilis kepada awak media, pusat krisis itu terlebih dahulu memberitahukan perkembangan tersebut kepada keluarga korban.










Pesawat Sriwijaya Air bernomor register PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB dan jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pesawat jenis Boeing 737-500 itu hilang kontak pada posisi 11 nautical mile di utara Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang setelah melewati ketinggian 11.000 kaki dan pada saat menambah ketinggian di 13.000 kaki.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan Presiden Joko Widodo menitipkan sejumlah instruksi terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air. Budi mengatakan, Presiden meminta penyebab kecelakaan tersebut harus segera ditemukan.

"Ini harus dijadikan pembelajaran bagi kinerja penerbangan nasional," kata Budi dalam konferensi pers di JICT Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (12/1).

Selain instruksi tersebut, Budi mengatakan presiden juga meminta penanganan musibah kecelakaan tersebut harus cepat dilakukan. Khususnya dalam menemukan kotak hitam pesawat untuk dilakukan investigasi.

Tak hanya itu, Budi menuturkan, Presiden juga proses evakuasi juga harus segera diselesaikan. "Begitu juga dengan jenazah korban dan potongan pesawat harus diangkat," tutur Budi.

Budi menambahkan, Presiden juga meminta hak para korban juga harus dilakukan dengan baik. Hak yang seharusnya diterima harus segera diproses kepada keluarga korban.

Ia mengatakan Presiden menaruh perhatian besar pada jatuhnya pesawat Sriwijaya Air. Budi ditelepon oleh Presiden lebih dari lima kali untuk mengetahui kondisi terkini.

“Tercatat lebih dari lima kali Bapak Presiden menelpon saya dan berdiskusi,” katanya. Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah ini, duka cita kepada keluarga korban, dan mendoakan para korban.

“Saya baru saja dipanggil Pak Presiden untuk melaporkan kejadian musibah Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu. Pertama kali Bapak Presiden menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah ini, duka cita kepada keluarga korban, dan mendoakan agar almarhum-almarhumah mendapatkan tempat di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” kata dia.

Saat ini, flight data recorder (FDR) yang merupakan bagian dari kotak hitam pesawat Sriwijaya Air tersebut telah ditemukan. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan selanjutnya akan melakukan analisa.

"Kami mohon doa dari semua agar pengunduhan data berjalan lancar. Kita butuh waktu dua sampai lima hari," kata Soerjanto dalam konferensi pers di Terminal JICT, Selasa (12/1).

Soerjanto mengatakan, KNKT akan menganalisa data terakhir yang terekam di FDR pesawat tersebut. Dia memastikan, KNKT akan menyampaikan secara garis besar data yang ada di dalam FDR setelah selesai mengunduh dan menganalisanya.

"Semoga berjalan lancar dan segera bisa mengungkap misteri apa yang ada di dalam kecelakaan ini," ujar Soerjanto.

Soerjanto mengharapkan dengan terungkapnya penyebab kecelakaan tersebut bisa dilakukan evaluasi. Khususnya menjadi pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

"Itu tujuan KNKT untuk masalah keselamatan. Semoga selanjutnya, cockpit voice recorder (CVR) pesawat bisa ditemukan," jelas Soerjanto.

Setiap pesawat memiliki dua kotak hitam yakni FDR dan CVR. FDR berisi rekaman data perjalanan pesawat dan CVR berisi rekaman data percakapan pilot di dalam kokpit.

Kotak hitam FDR pesawat Sriwijaya Air tersebut ditemukan pada pukul 16.40 WIB. FDR tersebut ditemukan di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang.


Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air - (republika)














BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler