Terendam Banjir, 11 Sekolah Kota Solok Terpaksa Ditutup
Pihak sekolah kesulitan membersihkan bangunan karena tidak ada air bersih.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Sejumlah sekolah di Kota Solok, Sumatera Barat, yang terendam banjir terpaksa ditutup. Pihak sekolah terpaksa menghentikan sementara proses belajar mengajar (PBM) secara tatap muka.
Kepala SDN 04 IX Korong, Kecamatan Lubuk Sikarah, Solok, Elisma Harti, di Solok, Rabu (13/1), menyebutkan, sebanyak 11 lokal kelas terendam banjir. Tak hanya sekolah, banjir juga merendam termasuk rumah penjaga sekolah, mushalla, perpustakaan sekolah, dan ruang UKS.
"Kami agak kesulitan membersihkan material banjir karena tidak ada air bersih. Semoga pihak Damkar segera memberikan air bantuan untuk membersihkan sekolah," kata Elisma.
Tidak hanya ruangan kelas, Elisma menyebutkan beberapa berkas penting berupa penilaian akreditasi sekolah, buku siswa, serta baju siswa juga terendam banjir. Ia mengatakan, sekolah tersebut sudah memulai PBM tatap muka sejak Senin (4/1) dengan sistem shift, yakni shift pagi dan siang. Karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Sistem shift itu untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah," ujar dia.
Sementara itu, Kepala SMPN 4 IX Korong, Kecamatan Lubuk Sikarah Armiwati mengaku ia juga meliburkan muridnya lantaran sekolah itu terendam banjir. Ia menyebutkan, terdapat 10 ruang kelas terendam banjir serta perabot dan kasur UKS karena terkunci saat evakuasi.
"Sekolah terpaksa diliburkan selama dua hari karena masih proses pembersihan usai banjir. Namun, sekarang sudah selesai dibersihkan karena dibantu pihak Damkar dan masih menunggu kering," ujarnya.
Ia mengatakan, biasanya SMPN 4 IX Korong memang rawan banjir saat curah hujan deras karena berada di pinggir sungai. "Namun banjirnya tidak separah ini hingga masuk ke dalam kelas. Biasanya hanya sampai halaman sekolah," ujarnya.
Ia berharap tidak ada lagi banjir susulan karena berdampak terhadap PBM murid. Ia juga berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pembangunan sekolah bertingkat.
Ia mengatakan, sebelumnya PBM tatap muka di sekolah itu sudah dimulai sejak Senin (4/1) dengan tetap mematuhi protokol COVID-19, yakni menerapkan belajar dua shift, mewajibkan memakai masker, menyediakan tempat cuci tangan, dan menyediakan alat ukur suhu tubuh.
"Saat ini jumlah murid ada 397 orang dan guru 42 orang," kata dia.