Tiga Alasan Kenapa AS-China akan Tetap Panas, Ini Kata Pakar

Hikmahanto menilai undangan AS ke Taiwan saat pelantikan sinyal negatif untuk China.

EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Presiden AS Joe Biden menandatangani tiga dokumen termasuk deklarasi pelantikan, nominasi kabinet dan nomor sub-kabinet di Presidents Room di US Capitol setelah upacara pelantikan untuk menjadikan Biden sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat di Washington, DC, AS, 20 Januari 2021. Biden memenangkan pemilihan pada 3 November 2020 untuk menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana berpendapat hubungan Amerika Serikat (AS) dan China akan tetap memanas di era pemerintahan Presiden Joe Biden. Salah satu alasan yakni AS tetap memberikan dukungan kuat ke Taiwan.

"Pergantian pemimpin di AS dari Donald Trump ke Joe Biden disambut baik oleh China. Jubir Kementerian Luar Negeri China mengungkap optimisme ini dengan mengatakan 'malaikat baik hati dapat menang atas kekuatan jahat'. Namun, optimisme China tersebut bisa jadi tidak terwujud," ujarHikmahanto Juwana dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan ada tiga alasan utama hubungan AS dan China akan tetap "panas" pada masa pemerintahan Joe Biden. Pertama, dalam acara angkat sumpah Joe Biden sebagai Presiden AS, perwakilan dari Taiwan diundang hadir. Padahal, Pemerintah China berupaya agar negara-negara di dunia hanya mengakui satu China yaitu People's Republic of China.

"Pemerintahan di Taiwan yang menamakan diri sebagai Republic of China dalam perspektif pemerintah China merupakan bagian darinya," kata Hikmahanto.

Lebih lanjut dia mengatakan, undangan kepada perwakilan Taiwan untuk menghadiri pelantikanJoe Biden bisa dianggap sebagai tindakan tidak bersahabat Biden terhadap China.

Baca Juga


Baca juga : Jadi Wakil Presiden, Apa Tugas Kamala Harris?

Kedua, lanjut Hikmahanto, meski terjadi perubahan kepemimpinan di AS, para birokrat AS tetap menjabat dalam kabinet pemerintahan. "Para pejabat inilah yang akan memastikan kebijakan terhadap China pada masa Trump akan tetap dilanjutkan pada masa pemerintahanBiden," ujar dia.


Terakhir, Hikmahanto mengatakan, banyak negara-negara sekutu AS menghendaki adanya perimbangan kekuatan (balance of power) dalam bentuk rivalitas AS-China daripada kemesraan kedua negara. "Hanya saja dalam era pemerintahan Biden, berbeda dengan Trump yang berasal dari Partai Republik, rivalitas ini akan lebih lunak sesuai gaya kepemimpinan Presiden asal Partai Demokrat," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler