PM Italia Dikabarkan akan Mengundurkan Diri

PM Italia juga dikabarkan berharap dapat membentuk pemerintahan baru

EPA/MASSIMO PERCOSSI
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte (tengah) berjalan di Via del Corso, di Roma, Italia, 12 Januari 2021. Gerakan 5-Bintang anti-kemapanan (M5S) dan Partai Demokrat (PD) kiri-tengah memperingatkan pada hari itu mantan perdana menteri Matteo Renzi dari partai sentris Italia Viva (IV) menentang menjerumuskan pemerintah koalisi Perdana Menteri Giuseppe Conte ke dalam krisis.
Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte hampir mencapai keputusan untuk mengundurkan diri. Namun, kemudian berharap untuk membentuk pemerintahan baru yang dapat mengandalkan mayoritas yang lebih luas, sebagaimana dilaporkan La Repubblica, Senin (25/1).

Baca Juga


"Tujuan saya adalah menemukan kesepakatan yang memberikan perspektif politik yang jelas untuk memerintah hingga akhir legislasi," kata Conte, menurut surat kabar La Repubblica.

Laporan itu menambahkan bahwa Conte kemungkinan menyerahkan pengunduran dirinya kepada kepala negara paling cepat Selasa, dan kemudian membentuk koalisi baru yang akan menarik anggota parlemen berhaluan tengah, yang disebut "bertanggung jawab".

Belum ada komentar langsung dari kantor perdana menteri.

Pemerintahan Conte dilanda kekacauan awal bulan ini ketika mitra junior, partai Italia Viva yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Matteo Renzi, menarik diri dari kabinet akibat pertikaian terkait penanganan krisis virus corona.

Meskipun Conte selamat dari pemungutan suara di parlemen minggu lalu soal mosi percaya, dia gagal mengamankan mayoritas absolut di Senat. Karena itu, dia akan bergulat dalam memberlakukan agenda kebijakan apa pun, kecuali dapat menarik dukungan baru.

 

Perdana menteri telah mengimbau para anggota Senat yang berhaluan tengah dan tidak selaras untuk bergabung dengan jajaran pemerintah, tetapi sejauh ini hanya sedikit yang menanggapi.

Surat kabar Corriere della Sera mengatakan Conte ingin Renzi kembali. Ia juga ingin menciptakan "pemerintahan keamanan nasional", yang juga akan mendapat dukungan dari beberapa politisi kanan-tengah moderat.

Untuk memberi tekanan pada anggota parlemen, partai-partai utama yang berkuasa mengatakan pemilihan cepat yang berlangsung dua tahun lebih cepat dari jadwalakan menjadi satu-satunya jalan keluar dari kebuntuan politik, kecuali solusi dapat segera ditemukan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler