Uni Afrika Amankan 400 Juta Dosis Vaksin Covid-19

AstraZeneca pilihan termurah untuk Afrika karena tak butuh penyimpanan suhu rendah

AP/Bruna Prado
Seorang petugas kesehatan memegang botol vaksin Oxford-AstraZeneca untuk COVID-19.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Uni Afrika (UA) telah mengamankan tambahan 400 juta dosis vaksin Covid-19 dari AstraZeneca. Jumlah dosis tersebut diperkirakan cukup untuk mengimunisasi 60 persen populasi penduduk Afrika selama tiga tahun.

Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) UA, John Nkengasong, mengatakan sebelumnya Afrika telah mengamankan 270 juta dosis vaksin Covid-19. Selanjutnya, UA akan mendapatkan 400 juta dosis dari Serum Institute of India (SII) dan AstraZeneca/Oxford University.

Vaksin AstraZeneca adalah pilihan termurah dan salah satu yang paling sesuai untuk sistem kesehatan Afrika. Vaksin ini tidak memerlukan penyimpanan pada suhu sangat rendah seperti vaksin dari Pfizer dan mitra Jerman BioNTech. Nkengasong mengatakan CDC Afrika sedang menjajaki untuk menambah jumlah vaksin dari China, Rusia, dan Kuba. Selain itu, CDC Afrika juga akan bekerja dengan mitra mana pun yang memproduksi vaksin dengan aman dan efektif.

Selain upaya UA, Afrika juga akan menerima sekitar 600 juta dosis vaksin tahun ini melalui fasilitas COVAX yang dipimpin bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Otoritas kesehatan berharap dapat memvaksinasi sekitar 30-35 perse orang Afrika tahun ini dan meningkat menjadi 60 persen dalam dua hingga tiga tahun. UA mengatakan vaksin yang diamankan oleh gugus tugas akan dialokasikan sesuai dengan populasi.

Menurut penghitungan Reuters, Afrika telah melaporkan 3,5 juta infeksi virus corona dengan 88 ribu kematian. Jumlah tersebut terhitung lebih sedikit ketimbang Amerika Serikat, Brasil, India, Meksiko, dan Inggris.

Baca Juga


Baca juga : Ilmuwan Ini Ungkap Virus Covid-19 Bukan Berasal dari Wuhan

Secara terpisah, Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti memberikan teguran kepada Presiden Tanzania John Magufuli yang melarang warganya untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Magufuli juga menghentikan publikasi data dan tidak mempercayai vaksin Covid-19.

”Afrika berada di persimpangan jalan dan semua orang Afrika harus melipatgandakan tindakan pencegahan. Sains menunjukkan bahwa vaksin efektif (mencegah Covid-19)," ujar Moeti.

Tanzania tidak menerbitkan data virus corona sejak 8 Mei 2020, ketika negara itu mencatat 509 kasus dengan 21 kematian. Presiden Magufuli menyatakan, vaksin adalah upaya asing untuk menyebarkan penyakit dan mencuri kekayaan Afrika.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler