Hiu Raksasa Bercahaya Ditemukan Bawah Laut Selandia Baru

Hiu raksasa bisa bersinar di dalam gelap ada di bawah laut Selandia Baru.

the Frontiers in Marine Science
Hiu raksasa bersinar di dalam gelap.
Rep: Rahma Sulistya Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada sejumlah makhluk perairan laut dalam yang bisa bersinar dalam gelap. Namun, sebuah tim yang mempelajari kehidupan laut menemukan hiu raksasa glow-in-the-dark untuk pertama kalinya.

Para peneliti melihat hiu itu di lepas pantai timur Selandia Baru selama survei tahun lalu. Ditemukan juga dua hiu lainnya (hiu lentera perut hitam dan hiu lentera selatan) yang juga memiliki bioluminesensi.

Hiu sirip layang-layang dapat bertumbuh hingga hampir sepanjang enam kaki, dan biasanya hidup 984 kaki di bawah permukaan laut. Itu menjadikannya sebagai vertebrata bercahaya terbesar yang pernah ada.

Ketiga makhluk unik ini hidup di wilayah lautan yang disebut ‘zona senja’. Zona senja membentang 3.200 kaki di bawah permukaan laut dan di luar jangkauan cahaya.

Studi tersebut menunjukkan, karena hidup di wilayah tanpa cahaya, tidak ada tempat bagi hiu untuk bersembunyi. Mereka menggunakan tubuh mereka yang bercahaya sebagai kamuflase (mereka tampak diterangi cahaya latar di permukaan air yang cerah).

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science, dilakukan oleh para peneliti dari Belgia dan Selandia Baru, yang membuat penemuan pada Januari 2020. Temuan ini diterbitkan pada 26 Februari 2021.

Spesies ini dikumpulkan dari Chatham Rise, yang merupakan area dasar laut di timur Selandia Baru. Dan meskipun spesies tersebut dikenal dalam komunitas sains, ini adalah pertama kalinya fenomena bioluminescence teramati oleh mereka.

Baca Juga


Fenomena yang disebut juga 'cahaya hidup' atau 'cahaya dingin' ini dipicu oleh reaksi kimia pada ikan, yang mengandung molekul luciferin yang menghasilkan sedikit sinar ketika bereaksi dengan cahaya.

'Bioluminescence sering dilihat sebagai peristiwa spektakuler namun tidak biasa di laut. Kini semakin jelas bahwa menghasilkan cahaya di kedalaman, memainkan peran penting dalam penataan ekosistem terbesar di planet kita.

“Studi eksperimental pertama terhadap tiga spesies hiu bercahaya dari Selandia Baru ini, memberikan wawasan tentang keragaman bioluminescence hiu dan menyoroti perlunya lebih banyak penelitian untuk membantu memahami penghuni laut dalam yang tidak biasa ini,” tulis para peneliti dalam studi itu.

Studi ini sebagian besar berfokus pada hiu sirip layang-layang, karena para peneliti bingung mengapa vertebrata besar memiliki kemampuan bersinar.

Mereka menemukan bahwa meskipun memiliki sedikit predator, hiu kitefin memiliki salah satu ukuran kecepatan jelajah paling lambat.

Setelah menganalisis isi perut spesimen, tim menemukan bahwa hiu kitefin biasanya memakan hiu lentera yang lebih kecil yang memiliki kecepatan berenang lebih cepat.

Mengetahui hal ini, tim berhipotesis bahwa hiu sirip layang menggunakan pendaran cahaya ke dasar laut saat mencari dan berburu mangsa, serta memungkinkannya untuk menyerang dalam mode siluman.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler