86 Persen Pencari Suaka di Israel Terancam Kelaparan
40.000 orang, termasuk 6.500 anak, tanpa status hukum tinggal di selatan Tel Aviv
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pandemi virus corona telah mendorong para pencari suaka di selatan Tel Aviv ke dalam jurang kelaparan, sebuah survei resmi dari para ahli mengatakan ada "krisis kemanusiaan yang parah".
Menurut harian Israel Haaretz pada akhir pekan lalu, pengangguran akibat pandemi virus corona telah mendorong 86 persen para pencari suaka ke dalam krisis kelaparan. Temuan survei itu diperlihatkan kepada pejabat senior dari kementerian kesehatan, pendidikan, keadilan dan sosial serta pemerintah kota Tel Aviv.
“Dalam kelompok populasi lain, temuan seperti ini akan memicu kampanye darurat oleh badan-badan pemerintah,” kata seorang pejabat pemerintah.
Menurut Haaretz, Kementerian Kehakiman mengatakan pihaknya "sadar dan terganggu oleh" situasi pencari suaka dan "melakukan segala upaya untuk membantu mereka."
Kementerian Kesehatan juga mengatakan bahwa komite profesional sedang mendiskusikan solusi yang mungkin dan pemerintah berkomitmen untuk membantu dalam batasan anggaran yang ada. Pemerintah kota Tel Aviv mengatakan pihaknya telah meluncurkan dana darurat dan meminta sumbangan untuk membiayai voucher makanan, paket makanan, dan akan terus mencoba "untuk menemukan solusi yang dapat meringankan situasi komunitas asing."
Sekitar 40.000 orang tanpa status hukum di Israel tinggal di Tel Aviv. Dari jumlah tersebut, sekitar 6.500 di bawah umur. Jumlah orang yang mencari bantuan dari Mesila, sebuah badan bantuan di Israel, meningkat dua kali lipat.
Sejak pandemi dimulai, Mesila telah mendistribusikan lebih dari 10.000 voucher makanan dan 3.750 paket makanan, tetapi ini masih jauh dari memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan.