Panduan Baru CDC untuk Berkumpul Setelah Divaksin

Orang yang sudah vaksin bisa kumpul dengan sekelompok kecil orang yang belum vaksin.

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Petugas kesehatan memeriksa tensi sebelum penyuntikkan vaksin kepada tenaga pendidikan di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (8/3/2020). Sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19 di lingkungan sekolah, Pemerintah Kota Palembang memulai tahap vaksinasi untuk 800 orang guru dan tenaga pendidik di wilayah tersebut.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Haura Hafizhah, Puti Almas, Adysha Citra Ramadani

Jutaan masyarakat di dunia sudah mulai mendapatkan vaksinasi Covid-19. Hal yang sama terjadi di Indonesia, dari target 181,5 juta orang Indonesia yang akan divaksinasi, sudah 3,09 juta orang Indonesia yang menerima vaksin dosis pertama. Dan, sudah 1,15 juta orang di Tanah Air yang sudah mendapatkan vaksis lengkap dua dosis.

Sementara itu, di Amerika Serikat sekitar 30 juta orang atau 9,2 persen dari populasi AS telah diinokulasi penuh dengan vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Pfizer Inc-BioNTech SE, Moderna Inc dan Johnson & Johnson. Hampir 18 persen populasi AS atau 58,9 juta orang dewasa telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.

Seiring dengan jumlah orang yang telah divaksinasi semakin banyak, maka sejumlah pelonggaran aturan pun dikeluarkan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dari Amerika Serikat (AS) mengatakan orang yang sudah divaksinasi Covid-19 dapat bertemu dalam kelompok kecil dengan individu yang tidak divaksinasi tanpa memakai masker. Namun, tetap menghindari perjalanan yang tidak penting dan memakai masker di tempat umum.

"Tindakan hari ini merupakan langkah pertama yang penting. Itu bukan tujuan akhir kami. Karena, semakin banyak orang yang divaksinasi, tingkat infeksi Covid-19 menurun di komunitas dan seiring pemahaman kami tentang kekebalan Covid-19 bertambah. Kami berharap dapat memperbarui rekomendasi ini kepada publik," kata Direktur CDC Rochelle Walensky dikutip dari Reuters, Selasa (9/3).

Walaupun begitu, ia tetap mengimbau masyarakat yang sudah divaksin untuk mengenakan masker saat berada di luar ruangan. Warga harus menghindari pertemuan dengan orang yang belum atau tidak dapat divaksin.

Baca Juga


Baca juga : Ruam Pada Kulit Bisa Jadi Tanda Terinfeksi Covid-19

Menurutnya, setiap orang, terlepas dari vaksinasi, harus menghindari pertemuan menengah atau besar. Bagaimanapun, jika mereka memilih untuk hadir, orang yang divaksinasi harus memakai masker karena mereka masih dapat menyebarkan virus kepada mereka yang belum diimunisasi.

"Kami tetap berada di tengah pandemi yang serius dan masih lebih dari 90 persen populasi kami belum sepenuhnya divaksinasi. Oleh karena itu, setiap orang, baik divaksinasi maupun tidak, harus terus menghindari pertemuan berskala menengah dan besar serta perjalanan yang tidak penting," kata dia.

Diketahui, vaksin Covid-19 resmi saat ini mencegah orang jatuh sakit, tetapi belum tentu terinfeksi. Data tentang apakah orang yang divaksinasi masih dapat menyebarkan virus ke orang yang tidak dilindungi masih jarang dan risiko orang yang divaksinasi dapat menyebarkan penyakit Covid-19 tetap ada.

CDC menekankan dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk membangun perlindungan setelah vaksinasi. Untuk vaksin Covid-19, kekebalan dari infeksi virus ini mungkin tidak akan terbentuk dalam satu atau dua pekan pascasuntikan kedua diberikan. Karena itu, tetap patuhi protokol kesehatan yang ditetapkan selama pandemi Covid-19 dengan tetap mengenakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan.

CDC memastikan vaksin Covid-19 tak akan membuat seseorang akan mengalami sakit karena infeksi virus ini. CDC mengatakan, tidak satu pun dari vaksin yang mengandung virus hidup dan ini hanya berisi satu protein dari virus yang mendorong tubuh untuk memberi respons lebih baik.

“Anda mungkin mengalami beberapa efek samping yang merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang membangun perlindungan,” ujar CDC dalam sebuah pernyataan, dilansir Yahoo News.

Baca juga : WHO Bantah Telat Peringatkan Bahaya Covid-19

Beberapa efek samping pascavaksinasi Covid-19, di antaranya adalah nyeri di area lengan yang disuntik, serta bengkak. Demam, menggigil, kelelahan, dan sakit kepala juga dapat terjadi di seluruh tubuh untuk sementara waktu.

Saat merasa tidak nyaman karena nyeri di bagian lengan yang disuntikkan vaksin, coba kompres dengan kain waslap bersih dan dingin. Selain itu, saat mengalami demam minumlah banyak air putih untuk menghindari dehidrasi dan kenakan baju yang nyaman serta beristirahat.

Jika mengalami rasa sakit dan tidak nyaman yang tak tertahankan pascavaksinasi Covid-19, konsultasikan dengan dokter tentang penggunaan obat yang dijual bebas, seperti ibuprofen, aspirin, antihistamin, atau asetaminofen. Obat-obatan ini dapat digunakan untuk meredakan efek samping pascavaksinasi jika tidak memiliki alasan medis lain yang mencegah untuk menggunakan obat ini secara normal.

“Anda tidak disarankan untuk meminum obat-obatan ini sebelum vaksinasi dengan tujuan mencoba mencegah efek samping, karena tidak diketahui bagaimana obat-obatan ini dapat memengaruhi seberapa baik vaksin bekerja,” ujar CDC menjelaskan.

Meski demikian, dalam kebanyakan kasus demam dan nyeri pascavaksinasi adalah normal. Namun, Anda mungkin perlu menghubungi dokter jika terdapat kemerahan atau nyeri di area suntikan bertambah parah dalam waktu 24 jam pascavaksinasi.


Vaksin Covid-19 untuk Indonesia (Ilustrasi) - (republika)




Sementara itu, kemarin 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca telah tiba di Indonesia melalui skema COVAX. Indonesia merupakan salah satu negara pertama di Asia yang menerima vaksin ini melalui inisiatif global yang dikelola oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini.

"Kami sangat senang melihat kedatangan dosis pertama vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia melalui COVAX," ujar Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Sewhan Chon melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id.

Vaksin Covid-19 AstraZeneca yang sebelumnya dikenal sebagai AZD1222 merupakan vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-out dia, yaitu Vaccitech. Vaksin ini mengunakan vektur virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus), yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan juga mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.

Vaksin Covid-19 AstraZeneca telah terbukti dapat ditoleransi dengan baik dan efektif dalam mencegah Covid-19 bergejala. Satu dosis vaksin memiliki kemanjuran 76 persen terhadap Covid-19 bergejala dalam waktu 90 hari pertama setelah vaksinasi.

Tak ada penurunan perlindungan yang signifikan selama periode tersebut. Kemanjuran vaksin setelah dosis kedua menjadi lebih tinggi mencapai 81,3 persen dengan interval pemberian dosis pertama dan kedua, yaitu 12 pekan atau lebih.

Hasil uji klinis telah mengonfirmasi bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca mampu 100 persen mencegah terjadinya penyakit Covid-19 yang parah, rawat inap, dan kematian, pada lebih dari 22 hari setelah pemberian dosis pertama. Penelitian juga menunjukkan bahwa vaksin mengurangi penularan virus tanpa gejala secara signifikan hingga dua per tiga kali. Hal ini diketahui berdasarkan tes swab  mingguan yang dilakukan pada sukarelawan dalam uji coba di Inggris.

Keamanan keseluruhan didasarkan pada analisis sementara dari data yang dikumpulkan dari empat uji klinis yang dilakukan di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan yang mencakup 23.745 peserta berusia 18 tahun ke atas. Vaksin Covid-19 AstraZeneca dapat ditoleransi dengan baik dan tidak ada kejadian keamanan serius yang dikonfirmasi terkait dengan vaksin tersebut. Para peserta berasal dari berbagai kelompok etnis dan geografis yang sehat atau memiliki kondisi medis awal yang stabil.

Sebanyak 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca yang baru tiba di Indonesia merupakan bagian dari 11,7 juta dosis vaksin yang akan tiba mulai saat ini hingga Mei 2021. Selain itu, AstraZeneca juga akan memasok kembali 50 juta dosis ke Indonesia.

Kedatangan 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca melalui skema COVAX ini disambut baik oleh pemerintah, diwakili oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia Debora Comini, Plt Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia drg Arianti Anaya MKM, dan Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr N Paranietharan.

AstraZeneca merupakan mitra COVAX dalam memastikan masyarakat di seluruh dunia dapat mengakses vaksin secepat mungkin. Distribusi vaksin dilakukan dengan mengikuti Daftar Penggunaan Darurat terbaru dari WHO untuk imunisasi aktif pada individu berusia 18 tahun ke atas.

"Kami juga berharap masyarakat Indonesia akan segera terlindungi dari Covid-19 saat mereka menerima vaksin kami," ungkap Chon.

AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi global pertama yang bergabung dengan COVAX pada Juni 2020. Bersama dengan mitra lisensinya, Serum Institute of India, ratusan juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca direncanakan akan diberikan kepada 142 negara melalui skema COVAX, apabila memungkinkan dari sisi operasional dan ketersediaan. Semua ini sejalan dengan komitmen bersama perusahaan terhadap akses global yang merata terhadap vaksin.

"AstraZeneca telah bekerja dengan mitra secara global untuk menyediakan akses vaksin secara luas, merata, dan tepat waktu bagi sebanyak mungkin orang secara nirlaba, selama masa pandemi," ujar Chon.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler