Gaya Hidup Frugal, Cocok Diterapkan Selama Pandemi

Gaya hidup 'frugal' identik dengan hemat, minimalis, dan cermat.

VOA
Gaya hidup 'frugal' identik dengan hemat, minimalis, dan cermat.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup frugal, yakni identik dengan hemat, minimalis dan cermat mengambil keputusan sehingga tidak ada pengeluaran yang berlebihan atau sia-sia bisa menjadi pilihan, terutama di masa pandemi COVID-19 saat ini. Saat pandemi, cenderung banyak hal yang berubah signifikan.

Baca Juga


Sebagian Anda dipaksa untuk berhemat dan memiliki dana darurat sebagai jaring pengaman karena hidup yang relatif dekat dengan berbagai risiko seperti kehilangan penghasilan atau sakit COVID-19. Branding and Communication Strategist MiPOWER by Sequis Ivan Christian Winatha mengatakan, menerapkan gaya hidup frugal berarti Anda memprioritaskan pengeluaran yang penting versus tidak penting. Ini tak berarti Anda bersikap pelit.

Menurut dia, gaya hidup frugal mengutamakan nilai suatu barang atau kualitasnya ketimbang harganya. Contohnya, apabila Anda membeli sepatu baru karena sepatu yang ada sudah rusak maka akan memilih sepatu dari bahan yang tahan lama untuk jangka panjang meskipun harga sedikit lebih mahal, bukan sepatu murah yang hanya bertahan beberapa bulan.

"Dengan disiplin menerapkan gaya hidup frugal sejak dini kita akan terbiasa melakukan prioritas saat akan berbelanja termasuk pada hal-hal yang kita anggap penting pun tetap melakukan pertimbangan. Dampak panjangnya, lebih mudah meraih kebebasan finansial karena tidak terlilit utang dan bisa menikmati hidup seandainya kelak memilih untuk pensiun dini," kata Ivan dalam siaran persnya, ditulis Jumat (12/3).

 

Lalu, bagaimana cara memulai gaya hidup ini? 

Hal pertama, mengevaluasi kembali cash flow. Anggaran yang hanya memberi kesenangan sesaat dan tidak terlalu mendesak sebaiknya dicoret dari daftar Anda.

Cara ini berarti menghilangkan atau mengurutkan pengeluaran dari yang paling perlu ke pengeluaran yang bisa ditunda. Pengeluaran yang tidak diperlukan dapat dikurangi sehingga dapat meningkatkan jumlah uang yang bisa ditabung.

 

Selanjutnya, catat pengeluaran harian agar mudah untuk melakukan evaluasi pada bulan berikutnya bilamana pendapatan atau gaji berikutnya diterima. Selanjutnya, manfaatkan promo dan diskon dan terapkan hanya untuk barang yang memang benar-benar dibutuhkan. 

Cara ini bisa menghemat pengeluaran dan ada sisa uang yang bisa disimpan. Kemudian, hilangkan keinginan untuk mendapat pengakuan status sosial dari lingkungan atau lebih tren dengan istilah pansos karena ini bukanlah kebutuhan tapi keinginan atau gengsi. 

Gara-gara hal ini, Anda bisa saja ingin membeli barang-barang yang dianggap penting walau sebenarnya tidak penting. Misalnya, mengganti gadget berbasis Android menjadi iOS demi ikut aplikasi kekinian. Padahal, informasi bisa didapatkan dari sumber lainnya, seperti discord group, portal berita, webinar, YouTube, dan podcast.

"Ketika kita menganggap ekspektasi orang lain atas diri kita terlalu penting sampai membeli barang yang sangat mahal tentunya akan berbahaya bagi kesehatan finansial, kesehatan fisik, dan jiwa. Milenial perlu bijaksana untuk mengetahui perbedaan kebutuhan dan keinginan dan memilah mana yang harus dipenuhi segera dan yang masih bisa ditunda atau dihilangkan. Penuhi saja apa yang kita butuhkan, bukan apa yang orang lain nilai bahwa kita membutuhkannya," pesan Ivan. 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler