Nama-Nama Manusia yang Dilarang Rasulullah

Di dalam Islam, nama bukan sekadar penanda. Dia adalah doa bagi dirinya

Pixabay
Ilustrasi Kaki Bayi
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,Manusia mengukir sejarahnya di dunia lewat nama. Amalnya akan menjadi gambaran bagaimana namanya dikenang. Apakah akan menjadi monumen, nama jalan, rumus matematika atau hukum fisika? Ketika amalnya amat negatif, namanya akan mendapat garis bawah di buku-buku sejarah sebagai contoh yang tidak boleh ditiru pembaca.

Baca Juga


Di dalam Islam, nama bukan sekadar penanda. Dia adalah doa bagi dirinya dan kehidupannya. Semasa hidupnya, Rasulullah biasanya mengubah nama seseorang yang jelek.  Dari Ibnu Umar, diriwayatkan jika ada seorang anak perempuan Umar bernama Ashiyyah (yang durhaka). Rasulullah pun mengganti namanya dengan Jamilah (cantik). 

Dalam satu kisah, disebutkan jika Hazn Ra menemui Rasulullah. “Siapa namamu?” tanya beliau. Ia menjawab, namaku Hazn (terjal, sedih).’ Beliau lantas bersabda, “Bahkan engkau adalah Sahl (landai, mudah). “Dia berkata, ‘Aku tidak akan mengubah nama yang diberikan ayahku kepadaku. ‘Ibnu Al Musayyib —cucu Hazn — mengungkapkan, ternyata dia terus mengalami hal-hal yang menyedihkan. (HR Al Bukhari). 

Pada kesempatan lain (HR Muslim), Jabir bin Abdillah mengisahkan jika Rasulullah hendak melarang pemberian nama Ya’la (keluhuran), Barakah, Aflah (beruntung), Yasar (kemudahan), Nafi’ (berguna) dan semisalnya. Namun, Nabi mendiamkannya tanpa mengatakan sesuatu apapun tentangnnya. Hingga wafat, beliau tidak melarang penggunaan nama tersebut. Umar hendak melarangnya tetapi akhirnya membiarkannya. 

Kisah lainnya dari Samurah bin Jundub Ra menyebutkan, Rasulullah SAW  melarang kepada para sahabatnya untuk memberi nama anak-anak mereka Yasar (mudah sekali), Rabah (selalu beruntung), Najih (kesuksesan), dan Aflah (paling beruntung). “… karena tatkala engkau ditanya,’apakah ia (Rabah — keuntungan) ada? Lalu dijawab, ‘tidak ada’.” Nabi pun meneruskan jika hanya empat nama tersebut yang dilarang dan tidak ada tambahan nama lainnya. Tidak hanya itu, Rasulullah SAW seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra — bersabda, “Nama yang paling nista di sisi Allah adalah orang yang bernama Malikul Amlak ( Maha Raja). 

Rasulullah juga secara halus menegur seorang tokoh yang dijuluki Abu Hakam. Dia pun memanggilnya dan bersabda kepadanya.”Sesungguhnya Dialah Allah Al-Hakam dan hukum merujuk kepada-Nya. Kenapa engkau dijuluki Abu Hakam? Ia menjawab, “Jika kaumku berselisih terkait sesuatu, maka mereka mendatangiku, lalu aku memutuskan perkara hukum diantara mereka dan kedua belah pihak menerima keputusanku.’ Beliau berkata, “Ini sungguh bagus! Apakah engkau memiliki anak?” Ia berkata, aku memiliki anak bernama Syuraih, Abdullah dan Muslim. “Siapa yang tertua diantara mereka?” tanya Rasulullah. “Syuraih,” jawabnya. Beliau pun bersabda, “Kalau begitu engkau Abu Syuraih,” Nabi pun mendoakannya dan anaknya. (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Sebagai Muslim, kita juga dilarang untuk memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Larangan tersebut turun setelah Rasulullah SAW menyapa seseorang, “wahai fulan.” Para sahabat berkata, “Jangan demikian wahai Rasulullah, sesungguhnya ia marah bila dipanggil dengan nama tersebut. Kemudian, turun ayat “Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya  panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman.” (QS Al Hujurat: 11). 

Dalam riwayat lain, Rasulullah menegur seseorang yang memanggil orang lain dengan julukan Abu Qasim. Padahal, Abu Qasim merupakan salah satu julukan dari Rasulullah. Saat Rasulullah menoleh, orang itu berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidak bermaksud memanggilmu, akan tetapi aku hanya memanggil fulan.’ Rasulullah bersabda, berilah nama dengan namaku. Namun jangan menggunakan julukan dengan julukanku.’ 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler