Hilangnya KRI Nanggala dan Evaluasi Alutsista Tua Indonesia

TNI memastikan KRI Nanggala-402 bertugas dalam kondisi siap, layak, dan lengkap.

SYAIFUL ARIF/ANTARA
FOTO ARSIP - Sejumlah prajurit TNI-AL awak kapal selam KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Ronggo Astungkoro, Rizky Suryarandika, Antara

Hilangnya KRI Nanggala-402 di perairan Bali menjadi sorotan bagi alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki Indonesia. Secara resmi KRI Nanggala-402 menjadi bagian dari alutsista Indonesia sejak tahun 1981. Kapal selam ini merupakan satu dari dua kapal selam tua buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel, Jerman Barat.

Anggota Komisi I DPR, Sukamta, mengatakan, peristiwa hilangnya KRI Nanggala-402 perlu menjadi evaluasi bersama terkait alutsista Indonesia. "Terkait dengan tenggelamnya KRI Nanggala-402, bukan bermaksud mendahului penyelidikan mengenai belum ditemukannya kapal selam tersebut namun kami di DPR RI khususnya Komisi I, sangat konsen terhadap pembaharuan, peremajaan alutsista pertahanan Indonesia," kata Sukamta, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/4).

Ia mengatakan, selain untuk menjaga kedaulatan Indonesia, tujuan peremajaan alutsista lainnya yaitu agar tidak lagi terjadi kecelakaan akibat alutsista Indonesia yang bermasalah. Menurutnya negara berkewajiban melindungi seluruh tumpah darah Indonesia.

"Jangan mereka menjadi korban akibat kelalaian peremajaan alutsista kita, justru di saat-saat latihan", ungkapnya.

Sukamta mengajak masyarakat berdoa untuk keselamatan awak KRI Nanggala 402 yang sampai saat ini belum ditemukan. Sukamta juga mengajak berbagai pihak untuk bersabar menunggu berita resmi dari TNI, supaya tidak terjadi sepekulasi.

"Sebaiknya kita tunggu kabar reami dari TNI, kasihan para keluarga dari Anggota TNi yang berada di kapals tersebut. Sebaiknya dihindari spekulasi-spekulasi," tuturnya.

"Tidak ada yang tidak mungkin untuk Tuhan memberikan keajaiban kepada hamba-Nya. Apalagi saat ini bulan Ramadhan, doa-doa hamba yang beriman di dengar oleh Tuhan YME," harapnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Utut Adianto menilai kejadian KRI Nanggala-402 yang hilang kontak menjadi sinyal kuat diperlukan peremajaan alutsista. "Kita tidak ingin kejadian seperti ini kembali terjadi, kita tahu alutsista di TNI sudah banyak yang tua dan rusak. Ini kebijakan besar dan DPR ingin melihat TNI yang kuat," kata Utut.

Dia menyarankan agar Menteri Pertahanan, Panglima TNI dan para Kepala Staf Angkatan duduk bersama Presiden dan Menteri Keuangan untuk merumuskan langkah ke depan terkait kondisi alutsista Indonesia. Menurut Utut, dalam forum duduk bersama itu, perlu dipaparkan fakta dan data seperti kondisi alutsista Indonesia sudah banyak tua dan rusak, kondisi keuangan negara, dan apakah ada potensi perang konvensional atau tidak.

"Kalau tidak ada potensi perang konvensional, apa langkahnya (terkait kondisi alutsista) karena ada yang berpendapat kita tidak akan ada perang secara konvensional namun sikap kita bagaimana?," ujarnya.

Politikus PDI Perjuangan itu menilai kondisi alutsista Indonesia sudah banyak yang tua sehingga sebaik apapun perawatannya namun tetap berisiko tinggi. Dia mencontohkan, pesawat Hercules sudah beberapa kali jatuh, dan ketika itu terjadi, maka Indonesia sedih karena kehilangan prajurit-prajurit terbaiknya.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana Yudo Margono, memaparkan kondisi kelayakan kapal selam buatan Jerman tersebut. Yudo menerangkan, KRI Nanggala-402 dalam keadaan siap, baik personel maupun material. Personel dan material yang diperlukan di dalamnya sudah lengkap dan sudah mendapatkan surat kelayakan dari Dislaik Matra TNI AL.

"Nanggala ini dalam keadaan siap baik personel maupun material, personel lengkap dan material pun sudah mendapat surat kelayakan dari Dislaik Matra TNI AL," ungkap Yudo.

Dia menjelaskan, KRI Nanggala-402 merupakan kapal selam yang dibuat pada 1977 dan diterima TNI AL pada 1981. Dalam riwayatnya, KRI Nanggala-402 sudah melakukan penembakan torpedo kepala latihan sebanyak 15 kali dan penembakan torpedo kepala perang dua kali.

"Sasarannya kapal eks KRI dan dua-duanya tenggelam. Jadi KRI Nanggala dalam kondisi siap tempur sehingga kita kirim, libatkan, untuk menembakkan torpedo kepala latihan dan kepala perang," ujar dia.

Baca Juga


Helikopter Bell (HU-4206) yang mengangkut Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto lepas landas dari Lanud I Gusti Ngurah Rai di Badung, Bali, Kamis (22/4/2021). Panglima TNI bertolak menuju KRI Dr Soeharso untuk memantau langsung operasi pencarian KRI Nanggala 402 yang hilang kontak di perairan utara Bali sejak Rabu (21/4) kemarin. - (Antara/Fikri Yusuf)






Hingga saat ini upaya pencarian terus berlanjut. Yudo mengungkapkan, kemampuan oksigen yang dimiliki dalam kondisi black out bisa mencapai 72 jam. Diperkirakan, cadangan oksigen di kapal tersebut sanggup untuk digunakan hingga Sabtu (24/2) dini hari.

"Kemampuan oksigen KRI apabila kondisi black out seperti sekarang ini itu mampu 72 jam, jadi kurang lebih tiga hari," ungkap Yudo dalam konferensi pers di Bali, Kamis (22/4).

Dengan begitu, Yudo memperkirakan cadangan oksigen di KRI Nanggala-402 masih dapat digunakan hingga Sabtu dini hari. Perkiraan itu dihitung dari mulai menyelamnya kapal tersebut pada Rabu (21/4) pukul 03.00 WITA sebelum kemudian hilang kontak.

"Kalau kemarin saat hilang kontak jam 03.00 WITA, sehingga nanti bisa sampai hari Sabtu jam 03.00 WITA sudah 72 jam. Mudah-mudahan sebelum ini dapat segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata dia.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad, menyampaikan sejumlah kapal perang TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan mencari atau mendeteksi benda di bawah permukaan air dikerahkan, di antaranya KRI Rigel-933. KRI Rigel-933 merupakan salah satu kapal andalan TNI Angkatan Laut yang punya tugas tersendiri guna melakukan pencarian bawah laut. Kapal itu terkenal di mata publik usai ikut dalam pencarian Sriwijaya Air.

Dalam laman media resmi TNI AL "Cakrawala" menyebutkan KRI Rigel-933 dapat digunakan mendukung pelaksanaan tugas TNI AL dalam operasi militer selain perang, khususnya dalam melaksanakan SAR (search and rescue) laut bilamana terjadi kecelakaan di laut dan membutuhkan pendeteksian obyek-obyek tertentu di laut dalam.

Kapal ini dibangun di Perancis, dan bertolak dari Dermaga Les Sables d’Olonne, Perancis pada 26 Maret 2015 untuk melaksanakan operasi penyeberangan ke Indonesia. Kapal itu tiba di Jakarta pada 15 Mei 2015.

Komandan pertama kapal perang survey tercanggih se-Asia ini dipercayakan kepada Letkol Laut (P) M. Wirda Prayogo, S.T. yang telah menyeberangkan kapal ini dari Perancis ke Indonesia dengan diawaki oleh 30 orang prajurit TNI AL. Kini kapal tersebut dinahkodai oleh Letkol Laut (P) Zainal Mutakin.

KRI Rigel-933 dibangun berdasarkan kontrak pengadaan kapal BHO yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan pihak galangan OCEA Perancis. Kapal itu terbuat dari aluminium dengan bobot 560 ton dengan dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter.

KRI Rigel-933 tergolong canggih karena dilengkapi peralatan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang berfungsi melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama. Selain itu,  dilengkapi pula dengan ROV (Remotely Operated Vehicle), SSS (Side Scan Sonar), Laser Scaner untuk mendapatkan gambaran daratan, AWS (Automatic Weather Station), Echosounder Multibeam laut dalam dan Singlebeam, Peralatan CTD (Conductivity Temperatureand Depth), Gravity Corer.

KRI Rigel-933 juga memiliki laboratorium dan kemampuan survei perikanan. Untuk persenjataan, kapal ini punya mitraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm.

KRI Rigel-933 masuk dalam jajaran Satuan Survei Dishidros TNI Angkatan Laut yang bermarkas di Jakarta. KRI ini merupakan kapal survey dan pemetaan yang cukup canggih karena dilengkapi dengan peralatan survei hidro-oseanografi terbaru yang dapat digunakan untuk pengumpulan data sampai dengan laut dalam. KRI Rigel-933 merupakan jenis MPRV (Multi Purpose Research Vessel), yang merupakan sejarah baru di jajaran kapal-kapal TNI Angkatan Laut dalam memodernisasi armada kapal, khususnya kapal survei hidro-oseanografi.

Riad mengingatkan pula media agar tidak membuat analisa terkait ditemukannya posisi kapal selam."Saya berharap kepada rekan-rekan media untuk tidak membuat analisa, tidak memberitakan yang mungkin belum dipastikan kebenarannya sehingga memberikan ketenangan kepada masyarakat khususnya informasi ini," katanya.

Menurut dia, kabar yang menyebutkan KRI Nanggala-402 ditemukan tidak bisa dijadikan dasar. Riad mengatakan hal itu menanggapi sejumlah berita yang menyebutkan terkait penemuan lokasi hilangnya KRI Nanggala-402.Salah satunya terkait laporan yang menyebutkan bahwa telah terdeteksi pergerakan di bawah air. Hal itu disebut telah dideteksi oleh KRI Raden Eddy Martadinata (KRI) Raden Eddy Martadinata (331).

"Selanjutnya dari temuan tersebut juga ada laporan di samping temuan minyak KRI REM 331 melaporkan telah terdeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot kontak tersebut kemudian hilang sehingga masih tidak cukup untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam," paparnya.

Dia menegaskan, informasi itu tidak bisa dijadikan rujukan penemuan lokasi kapal selam buatan Jerman tersebut."Jadi saya tegaskan kembali berbagai berita yang disampaikan sudah ditemukan 21 jam itu sebenarnya belum bisa digunakan sebagai dasar," kata Riad.


KRI Karel Satsuitubun 356 bersiap sandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Sejak KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak saat menggelar latihan penembakan rudal di laut utara Bali, sebanyak lima KRI mulai disiagakan di Pelabuhan Tanjung Wangi dan Pangkalan TNI AL Banyuwangi. - (Antara/Budi Candra Setya)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler