HMI Dukung Menhan Modernisasi Alutsista

HMI menyebut tenggelamnya KRI Nanggala jadi pelajaran untuk modernisasi Alutsista

Antara/Fikri Yusuf
Petugas Polairud berpatroli saat pelaksanaan Posko Terpadu Perbantuan Evakuasi KRI Nanggala 402 di kawasan perairan Celukan Bawang, Buleleng, Bali, Senin (26/4/2021). HMI menyebut tenggelamnya KRI Nanggala jadi pelajaran untuk modernisasi Alutsista
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahyanto dihadapan wartawan, Ahad (25/4) menyampaikan kesimpulan hasil pencarian KRI Nanggala-402 yang beberapa hari sebelumnya dinyatakan putus kontak di perairan utara Bali. 


Setelah proses pencarian dengan mengerahkan segenap kekuatan dengan dibantu sejumlah armada negara sahabat, keberadaan KRI Naggala-402 ditemukan. Tenggelam di dasar laut utara Bali di bawah kedalaman 838 meter, bangkai kapal selam ini pecah menjadi tiga bagian. Ke-53 awak KRI Naggala-402 dinyatakan gugur. 

Banyak pihak menyampaikan keprihatinan dan belasungkawa atas insiden ini. Namun dibalik itu tersirat pesan yang amat jelas untuk disampaikan kepada para penentu kebijakan. 

Insiden yang dialami oleh prajurit TNI AL beserta kendaraan tempur Koprs Hiu Kencana ini menegaskan kembali rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk fokus pada upaya modernisasi dan peremajaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Ketua Bidang Pertahanan dan Kemanan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Arven Marta mengingatkan, sejak awal pelantikan kabinet Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto telah mengungkapkan salah satu prioritas utama Kemenhan ini. 

Menurut Arven, dalam sejumlah kesempatan Prabowo telah mengungkapkan fokus Kemenhan yang ingin memodernisasi dan meremajakan alutsista TNI. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah upaya Menhan untuk bertemu DPR dan Menteri Keuangan untuk melancarkan upaya pembelian dan perawatan alutsista. 

“Makanya Menhan terus aktif melobi pembelian dan perawatan alutsista,” ujar Arven dalam keterangannya, Selasa (26/4). 

Arven mengakui jika saat ini anggaran pertahanan yang dikantongi Kemenhan masih sangat jauh dari kata ideal. Seperti diketahui, prosentase anggaran pertahanan dari keseluruhan postur APBN hanya sebesar 0,8 persen. 

“Dari total anggaran 136 triliun itu yang dipergunakan tidak sepenuhnya untuk alutsista, ada belanja pegawai juga yg ditanggung oleh kementerian pertahanan,.Itu jauh dari kata cukup untuk belanja alutsista modern,” tambah Arven. 

Situasi ini menurut Arven menjadi semakin tidak ideal bagi posisi Kemenhan ketika harus diperhadapkan dengan pilihan antara pertahanan dengan kesejahteraan prajurit. Karena itu, Arven menegaskan pilihan Menhan yang sejak awal mendorong penguatan industri dalam negeri harus didukung penuh sebagai langkah efisiensi anggaran pertahanan. 

Untuk itu Arven mengajak semua pihak agar bisa menjaga kondusivitas dan mendukung kerja Kemenhan dalam upaya memodernisasi dan meremajakan alutsista TNI.  Karena hasil dari langkah ini tidak bisa instan untuk diperoleh. 

 

Menurut Arven, untuk membeli kapal selam, pesawat, dan alutsista lainnya tidak sesederhana membeli mobil di dealer. “Alutsista ada dimensi proses waktu yg panjang. Untuk buat atau beli kapal selam baru saja minimal membutuhkan waktu 5 tahun, minimal,” pungkas Arven.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler