Kampung Labirin, Destinasi Wisata Alternatif di Kota Bogor

wisatawan bisa membeli paket berkunjung ke Kampung Labirin.

Shabrina Zakaria
Kampung Labirin di Kota Bogor, Jawa Barat
Rep: Shabrina Zakaria Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Sejak 1 Desember 2018, RW 10 Kampung Kebon Jukut, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor diresmikan sebagai Kampung Labirin. Kampung yang berisi 300 kepala keluarga (KK) itu, berubah dari kampung padat penduduk yang kumuh, menjadi kampung tematik dan kampung binaan Astra yang bisa dijadikan destinasi wisata dengan berbagai fasilitas yang disediakan.


Sesuai dengan namanya, Kampung Labirin memiliki banyak gang yang rata-rata lebarnya sekitar 1,5 hingga 2 meter. Jika enggan bertanya, bukan tidak mungkin warga dari luar kampung bisa tersesat di dalam Kampung Labirin. Bahkan, pedagang keliling pun bisa hanya berputar di gang tertentu jika belum hafal jalan di kampung tersebut.

Meski saat ini sudah menjadi kampung wisata, namun wisatawan yang hendak berkeliling ke Kampung Labirin tidak perlu membayar tiket masuk. Ketua Pengelola Kampung Labirin, Ahmad Awaluddin mengatakan, Kampung Labirin merupakan destinasi wisata yang berbenturan langsung dengan aktivitas keluarga.

Ketika Republika berkunjung ke sana beberapa waktu lalu, banyak warga yang sedang beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain di depan rumahnya yang saling berdekatan. “Kita itu benar-benar wisata yang berbenturan langsung dengan aktivitas warga. Jadi sulit kalau dibikin baku dengan ada tiket masuk,” tutur Awaluddin.

Selain dibangun dari CSR Astra, Kampung Labirin juga bekerja sama dengan Yayasan Terminal Hujan untuk mengembangkan kampung seluas 3 hektare tersebut menjadi tempat wisata. Sebelum menjadi tempat wisata, melihat dari kondisi wilayahnya banyak kondisi yang harus diperbaiki.

Dimana banyak anak-anak di Kampung Labirin yang mengalami putus sekolah, tingginya angka pengangguran, infrastruktur kampung yang perlu pembenahan, serta mengubah mindset warga agar menjadi lebih peduli lingkungan.

Setelah berkembang menjadi tempat wisata, barulah banyak perubahan yang terjadi di kampung ini. Jembatan sepanjang 30 meter yang melintas di atas Sungai Ciliwung, merupakan jalan masuk utama Kampung Labirin. Setelah kampung tersebut diresmikan, akhirnya diperbaiki setelah bertahun-tahun lamanya.

Selain itu, anak-anak sekitar juga beasiswa dari Astra dan dibina langsung oleh Yayasan Terminal Hujan, infrastruktur kampung diperbaiki dengan dicat seragam berwarna hijau, serta memanfaatkan warga untuk mengelola Kampung Labirin secara langsung agar bisa mendapatkan penghasilan.

Awaluddin juga menyebutkan beberapa fasilitas yang ada di Kampung Labirin. Antara lain, wisata air atau water spot yang diresmikan pada Desember 2019, Kedai Ciliwung Labirin (Cila) yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk bersantai di tepi Sungai Ciliwung dan tembok mural di sekitar rumah-rumah warga.

Juga workshop UMKM dan festival yang diadakan rutin setiap bulan. Meski tidak ada tiket masuk ke Kampung Labirin, namun wisatawan bisa membeli paket berkunjung ke Kampung Labirin. Baik perseorangan, kelompok, juga perusahaan.

“Nanti paket itu bisa berkeliling di Kampung Labirin, ada tour guide-nya. Terus jajan ke spot kuliner khusus jajanan tradisional, dan main ke wisata air. Kurang lebih waktunya 1,5 jam,” ujar dia.

Kepala Disparbud Kota Bogor, Atep Budiman menyebutkan, Kampung Labirin menjadi salah satu dari enam lokasi wisata yang dikembangkan Pemkot Bogor. Terutama dalam rangka pemulihan ekonomi usai pandemi Covid-19.

Enam lokasi wisata yang dikembangkan di tengah pandemi itu yakni Kampung Wisata Pulo Geulis dan Kampung Wisata Labirin di Babakan Pasar, Kampung Wisata Batik di Cibuluh, Kampung Wisata di Mulyaharja yang terdiri dari Ciharashas, Saung Eling, dan Alpukat, serta Kampung Wisata Sukaresmi di Kedung Halang.

"Keenam lokasi itu dikembangkan dalam konteks pemulihan ekonomi. Sebagai upaya bangkit dari Covid-19, juga di Kota Bogor," kata Atep.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler