11 Hari Melawan si Jago Merah
Relawan, Heru, tumbang di hari keempat dan harus mendapatkan bantuan oksigen.
REPUBLIKA.CO.ID, Senin (19/4) sekitar pukul 18.32 WIB, Pemadam Kebakaran Sektor Cileungsi, Kabupaten Bogor menerima laporan kebakaran. Tepatnya di Jalan Raya Bojong Nangka, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Komandan Sektor Damkar Cileungsi, Hendra Kurniawan yang hari itu tengah bertugas, segera berangkat menuju tempat kejadian perkara (TKP). Ketika tiba di lokasi, terlihat pemandangan sebuah lahan seluas lebih dari 1 hektare berisi tumpukan ban bekas tengah terbakar.
Bukan satu atau dua potongan ban yang terbakar, namun ribuan. Bahkan, tumpukan ban bekas yang sudah terpotong-potong itu ditumpuk hingga ketinggian sekitar 3 hingga 4 meter.
Agar dapat memadamkan dengan cepat, seluruh sektor pemadam kebakaran di Kabupaten Bogor diterjunkan ke lokasi. Baik dari Ciawi, Ciomas, Leuwiliang, Parung, Cibinong, Citeureup, dan Cileungsi. Bahkan, pemadam kebakaran dari Kota Depok dan Kota Bogor ikut membantu di lokasi.
“Ternyata yang terbakar bukan di titik atas saja, karena benda yang terbakar ini kan karet ban. Karet ban itu tidak mudah terbakar, tetapi ketika sudah terbakar, susah padamnya. Itu yang jadi masalah,” kata Hendra kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Pada hari pertama pemadaman, setidaknya ada 24 unit mobil pemadam kebakaran yang turun ke lokasi. Terus berlanjut pada hari ketiga, api masih cukup besar berkobar di atas tumpukan ban.
Tekanan air yang cukup tinggi yang disemprotkan dari mobil pemadam kebakaran masih tidak cukup kuat untuk menahan lidah api. Sebab, api juga turut menjalar dari bawah.
Karena dengan menggunakan air saja dirasa tidak cukup untuk mendorong lidah api, Hendra berinisiatif untuk menggunakan bahan kimia foam liquid untuk melawan api. Diharapkan, zat kimia tersebut dapat menembus padatnya karet ban yang terbakar. Tidak hanya foam liquid, cairan deterjen juga digunakan untuk menembus api.
Tidak putus ide, meski jumlah unit mobil pemadam kebakaran yang masih berjibaku di lokasi tersisa 20 unit, akhirnya satu unit bulldozer dan satu unit backhoe diturunkan ke lokasi.
Dimana, backhoe tersebut mengurai bahan yang terbakar agar titik api di bagian bawah bisa segera dipadamkan, dan tidak menimbulkan titik api lainnya. Sebelumnya, bulldozer juga dimanfaatkan untuk membuka jalur agar backhoe bisa masuk di sela-sela tumpukan ban yang terbakar.
Bukan tanpa hasil, rupanya teknis pemutusan benda yang terbakar dengan memisahkan dengan benda yang belum terbakar dinilai efektif. Sehingga, sejak hari ketiga, cara tersebut digunakan. Sekaligus dengan bantuan 11 unit mobil pemadam kebakaran yang terus menekan dengan semprotan tekanan air.
“Keruk-semprot-keruk-semprot. Alhamdulillah mendapatkan hasil. Tapi karena keterbatasan alat berat, akhirnya pemadaman bisa selesai sampai hari ke-11,” ujar Hendra.
Salah seorang relawan, Heru Kurniawan yang tinggal tidak jauh dari lokasi kebakaran, juga turut membantu pemadaman selama 11 hari tersebut. Pada hari keempat, Heru tumbang dan harus mendapatkan oksigen bantuan.
“Waktu itu saya sesak, benar-benar susah nafas. Ngomong saja susah, ulu hati sakit. Eh pas batuk dahak warnanya hitam, dalam hidung banyak debu,” kata Heru menceritakan kisahnya.
Relawan lain dari Relawan Sosial Kemanusiaan Jonggol, Rahmadi, bertugas untuk mengoperasikan ambulans. Beberapa di antara pasien yang dirawat merupakan anak-anak yang kerap mondar mandir dari rumahnya menuju lokasi kebakaran.
“Ada anak-anak semua yang kena sesak nafas, ada sekitar lima orang. Bahkan ada satu orang dewasa juga sampai diinfus setelah sesak nafas,” ujar Rahmadi.