AS: Kami Prihatin dengan Kekerasan di Yerusalem Timur

AS memantau kekerasan di Yerusalem Timur.

AP
Warga Palestina lari dari granat setrum yang ditembakkan oleh petugas polisi Israel selama bentrokan di gerbang Damaskus di luar Kota Tua Yerusalem, Sabtu (8/5).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih menyuarakan keprihatinan serius atas kekerasan di Yerusalem Timur pada Senin (10/5). Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Amerika Serikat (AS) terus memantau ketegangan yang memuncak di Israel.

Baca Juga


"Kami terus memantau kekerasan di Israel. Kami memiliki keprihatinan serius tentang situasi tersebut, termasuk konfrontasi dengan kekerasan yang telah kami saksikan selama beberapa hari terakhir," kata Psaki, dilansir Anadolu Agency, Selasa (11/5). 

Psaki mencatat, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyuarakan keprihatinan tentang potensi penggusuran keluarga Palestina dari rumah mereka. Selain itu, Sullivan juga mengutuk serangan dari Jalur Gaza ke Israel.

"Ini sesuatu yang diawasi ketat oleh tim keamanan nasional kita, yang pasti presiden selalu mengikuti dan mengawasi," ujar Psaki. 

Serangan Israel terjadi setelah kelompok Palestina meluncurkan sekitar 100 roket, termasuk tujuh di Yerusalem. Sementara, sisanya menargetkan Ashkelon, Sderot, dan permukiman di dekat Jalur Gaza.

Serangan roket itu terjadi sebagai tanggapan atas serangan Israel yang berkelanjutan di Masjid al-Aqsa dan penggusuran keluarga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 65 orang terluka dalam serangan udara itu.

 

Setidaknya 305 orang terluka ketika polisi Israel menyerbu al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki pada Senin (10/5). Menurut Bulan Sabit Merah Palestina, polisi Israel menyerang orang-orang Palestina yang berjaga-jaga untuk mencegah kemungkinan serangan oleh kelompok sayap kanan Yahudi Israel.

Ketegangan meningkat di Yerusalem Timur di tengah rencana penggusuran puluhan warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah, yang terletak tepat di utara Kota Tua. Warga Palestina yang melakukan aksi solidaritas menjadi sasaran pasukan Israel dan kelompok pemukim Yahudi.

Israel menduduki Yerusalem Timur selama perang Arab-Israel tahun 1967 dan mencaplok seluruh kota pada tahun 1980. Tindakan Israel tersebut tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler