Benarkah Nabi Adam Pernah Syirik?
Ada beberapa pendapat dalam takwil kata syirik dalam ayat 189 Surat al-Araf.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Hawa mengandung dengan kondisi yang semakin bertambah berat, Nabi Adam dan Hawa memohon kepada Allah agar dianugerahi keturunan yang sempurna sehingga ia termasuk golongan orang yang bersyukur.
Doa Nabi Adam ini dapat ditemukan pada petikan ayat 189 Surat al-Araf.
لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ…...
"Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur,"
Dalam lanjutan ayat itu yakni pada ayat 190 Surat al-Araf dijelaskan Allah mengabulkan doa nabi Adam dan Hawa dengan mengaruniakan anak yang baik dan sempurna secara fisiknya.
فَلَمَّا آتَاهُمَا صَالِحًا جَعَلَا لَهُ شُرَكَاءَ فِيمَا آتَاهُمَا ۚ فَتَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Tatkala Allah memberi kepada keduanya seorang anak yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah terhadap anak yang telah dianugerahkan-Nya kepada keduanya itu. Maka Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan."
Namun, banyak pertanyaan tentang makna ayat tersebut. Apakah itu berarti Nabi Adam pernah syirik?
Pakar tafsir Alquran yang juga pengasuh Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran (PSQ) Ustadz Syahrullah Iskandar menjelaskan, di kalangan mufasirin ada beberapa pendapat dalam takwil kata syirik dalam ayat tersebut yang disandarkan pada Adam dan Hawa.
Ustadz Syahrullah dalam kajian yang disiarkan virtual melalui akun Youtube resmi Bayt Alquran menerangkan dalam kitab tafsir min wahyil quran, terdapat pendapat mufasirin yang menjelaskan ayat tersebut bermakna metafor. Ini juga menjelaskan kondisi keturunan nabi Adam nantinya yang banyak menyekutukan Allah.
Sehingga, menurut pendapat ini, menyebut yang musyrik bukanlah nabi Adam melainkan keturunan-keturunannya kelak. Keturunan nabi Adam pada masa selanjutnya menjadikan sekutu bagi Allah, mereka tidak memercayai yang memberikan karunia itu Allah, tetapi ada yang lain. Mereka menyembah binatang, patung, berhala dan lainnya.
"Ayatnya tidak mengatakan walam yakul musyrikani. Seandainya Adam dan Hawa yang dimaksud disitu musyrik, maka ayatnya akan mengatakan fata alallahu amma yusrikani. Tapi kan ayatnya mengatakan yusrikun, jamak. Berarti itu mencakup keturunan Adam dan Hawa yang musyrik. Jadi, bukan Adam dan Hawa yang musyrik," kata Ustadz Syahrullah
"Yang dimaksud disitu tidak boleh disandarkan atau dialamatkan kepada Nabi Adam dan Hawa. Sebab, keduanya itu terbebas dari kemusyrikan. Nabi Adam kan maksum," katanya.
Maka, menurut Ustadz Syahrullah, yang menjadikan sekutu bagi Allah adalah keturunan-keturunan nabi Adam. Sementara itu, pendapat mufasirin lainnya menjelaskan ayat tersebut maupun ayat sebelumnya tidak menyebutkan itu adalah Adam dan Hawa. Pendapat ini juga menyebut bukanlah Nabi Adam dan Hawa yang menyekutukan Allah.
"Tidak mungkin nabi Adam itu musyrik karena seorang nabi pasti terlindungi dari dosa," katanya.