Gunung Kidul Targetkan Tanam Kedelai Seluas 918 Hektare

Saat ini harga kedelai impor di pasaran berkisar Rp10.500 hingga Rp11.000.

ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Gunung Kidul Targetkan Tanam Kedelai Seluas 918 Hektare (ilustrasi).
Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,GUNUNG KIDUL -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menargetkan luas tanaman kedelai pada masa tanam ketiga atau MT III mencapai 918 hektare.


"Saat ini, petani di beberapa kecamatan sudah mulai menanam kedelai supaya bisa tumbuh dengan baik, setelah sebelumnya ditanami padi atau jagung," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunung Kidul Bambang Wisnu Broto di Gunung Kidul, Jumat (4/6).

Ia mengatakan pihaknya tidak memasang target tinggi pada masa tanam ketiga (MT III) ini karena dari 18 kecamatan di Gunung Kidul, tidak semua bisa melakukan masa tanam ketiga karena tidak ada ketersediaan air yang mencukupi. Petani yang bisa menanam kedelai, biasanya di kecamatan dengan wilayah dataran rendah dan saluran irigasi, atau memiliki sumur bor, seperti di Kecamatan Ponjong dan Playen.

"Kami berharap dari luas lahan 918 hektare yang bisa tanam, produksinya bisa bagus dan hasilnya maksimal," harapnya.

Bambang mengatakan pada musim tanam kedua (MT II) sebelumnya, luas tanam kedelai di Gunung Kidul seluas 2.604 hektare yang berlangsung dari April sampai Mei akhir. Dari luas tersebut, 2.546 hektare merupakan bantuan pemerintah program pengembangan kedelai, dan 58 hektare sisanya adalah swadaya petani.

Saat ini, masa panen kedelai untuk masa tanam kedua sudah selesai dengan produktivitas tanaman, yakni 1,9 ton kedelai wose per hektare. "Harga kedelai saat panen di tingkat petani berkisar Rp9.500 per kilogram. Harga kedelai lokal ini memecahkan rekor tertinggi dalam sejarah, karena didongkrak kenaikan harga kedelai impor yang tinggi," katanya.

Saat ini harga kedelai impor di pasaran berkisar Rp10.500 hingga Rp11.000 per kilogram. Hal ini juga mendongkrak harga kedelai lokal. Di sisi lain, tingginya harga kedelai ini dikeluhkan oleh perajin tahu dan tempe.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler