Pemerintah Perlu Proteksi Industri Satelit

Telekomunikasi menggunakan satelit masih menjadi ujung tombak di Papua.

ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate (kiri) didampingi Direktur Utama PT Telkom Indonesia Ririek Adriansyah (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait putusnya kabel laut fiber optik ruas Biak-Jayapura di Jakarta, Senin (7/6/2021). Pemerintah dan Telkom saat ini masih melakukan penanganan pada putusnya kabel laut akibat faktor alam yang berdampak pada total trafik dari normal sistem komunikasi di seluruh Papua sekitar 154 gbps dari total trafik di Papua 464 gbps. atau terdampak sepertiga dari total trafik.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama PT Telkom Indonesia Tbk (PT Telkom) terus berupaya memulihkan gangguan telekomunikasi yang terjadi di wilayah Papua. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menjelaskan, gangguan jaringan telekomunikasi yang terjadi di Papua disebabkan putusnya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) ruas Biak-Jayapura.

Menurut Menteri Johnny, berdasarkan hasil pengamatan, terjadinya gangguan infrastruktur telekomunikasi tersebut disebabkan karena faktor alam. Putusnya jalur kabel serat optik Biak-Jayapura ini bukanlah kali pertama. Dari catatan yang ada di Kemenkominfo, putusnya jalur SKKL Biak-Jayapura sudah terjadi beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan hasil evaluasi, faktor utama adalah faktor alam.

Menkominfo menegaskan, gangguan itu tidak membuat Papua mengalami total black out. Bahkan kini PT Telkom tengah menangani dan memulihkan jaringan di wilayah terdampak. Dari 464 Gbps total trafik dari Papua, hanya 154 Gbps saja yang mengalami gangguan.

Menteri Johnny mengatakan saat ini PT Telkom sudah menyiapkan backup link dengan kapasitas 4,7 Gbps. Dari jumlah tersebut 2.662 Mbps ditunjang dari pemanfaatan link satelit. Backup link sebesar 500 Mbps juga didapat dari radio long haul Palapa Ring Timur 500 Mbps. Radio long haul Sarmi-Biak 1,6 Mbps.

"Sedangkan untuk mengamankan kualitas link pada saat proses penyambungan, PT Telkom juga menyediakan backup link, khususnya untuk wilayah Manokwari dan Biak sebesar 40 Gbps melalui Palapa Ring Timur," kata Menteri Johnny.

Melihat masih seringnya kabel serat optik putus dan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pegunungan termasuk deretan pegunungan aktif yang ada di lautan, Anggota Komisi I DPR Fraksi Nasdem, Muhammad Farhan, menilai industri telekomunikasi melalui satelit masih menjadi industri yang sangat strategis. Ini disebabkan layanan kabel laut dan seluler di Indonesia sampai saat ini belum menjangkau setiap daerah di Papua. Dengan satelit cakupan untuk menyediakan layanan telekomunikasi akan semakin luas dan mudah.


Kondisi geografis Indonesia yang dikelilingi gunung berapi serta seringnya aktivitas vulkanis menyebabkan layanan telekomunikasi tidak bisa hanya bergantung pada satu jenis infrastruktur saja. Jika menggelar kabel seratoptik bawah laut sebagai backup, tentunya masih ada kemungkinan kabel tersebut melewati gunung berapi bawah laut.

Ada risiko kabel putus akibat aktivitas vulkanis seperti yang terjadi di Papua. Untuk itu, infrastuktur di darat/ laut harus di-backup dengan infrastruktur di langit, yaitu satelit.

Sejalan dengan pemikiran Menkominfo, Muhammad Farhan menegaskan kembali pentingnya keberadaan satelit. Karena demografi di Papua yang sangat menantang berupa perbukitan dan hutan, sehingga layanan satelit masih menjadi kebutuhan yang sangat krusial dalam meningkatkan inklusi layanan digital.

Ia berkata, telekomunikasi menggunakan satelit masih menjadi ujung tombak di Papua. Karena memiliki cakupan yang sangat luas. Sehingga kedepannya industri satelit nasional masih sangat dibutuhkan. "Apalagi seperti kondisi geografis Indonesia yang sangat menantang. Khususnya di Papua," kata Farhan.

Selain dibutuhkan untuk melayani telekomunikasi, saat ini satelit juga masih dipergunakan untuk layanan penyiaran. Peran dan fungsi satelit ini akan semakin strategis ketika Pemerintah memiliki hajatan Nasional.

Dalam waktu dekat Pemerintah akan menyelenggarakan perhelatan PON ke XX yang akan diselenggarakan di Papua pada 2-15 Oktober 2021. Tentunya fungsi strategis satelit akan dilibatkan untuk menyampaikan informasi dan even olahraga dari PON di Papua ke seluruh Indonesia dan dunia.

Karena melihat posisi strategis yang tak akan pernah tergantikan oleh jaringan serat optik, Farhan meminta agar industri satelit nasional dapat terus diperhatikan oleh pemerintah. Politikus Partai Nasdem ini juga berharap nantinya satelit tak hanya dipergunakan untuk kebutuhan basic telekomunikasi saja. Tetapi dapat di pakai untuk pengawasan pesawat, kapal-kapal yang beroperasi di wilayah NKRI serta untuk kegiatan militer.

"Saat ini teknologi satelit dapat juga untuk mengawasi pesawat dan memobilisasi pasukan. dengan teknologi Integrated Communications Control System (ICCS), kita dapat mengontrol dan memobilisasi pergerakan pasukan dengan menggunakan satelit. Sehingga sampai kapan pun satelit masih sangat dibutuhkan," ucap Farhan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler