Dampak Wafatnya Ulama Terhadap Ilmu dan Umat
Kematian ulama merupakan potensi degradasi ilmu dan kerugian umat
REPUBLIKA.CO.ID, —Rentetan berita wafatnya para ulama tak kunjung usai. Pada masa pandemi ini, mereka seperti ‘berlomba’ menghadap Ilahi.
Sederet nama besar, seperti KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii, Prof Baedhowi, KH Mohammad Siddik, KH M Lutfi Fathullah, dan terakhir adalah Prof Huzaemah Y Tanggo, meninggal dalam waktu berdekatan.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Syamsul Hidayat, menjelaskan, sejatinya kematian didatangkan Allah SWT sebagai sebuah nasihat yang terbaik bagi umat manusia. Kematian juga merupakan ujian yang didatangkan agar menjadi pertanda dan juga pengingat.
"Kita diingatkan bahwa kita harus menjaga diri sendiri dan menjaga keselamatan orang lain. Tak lupa, pendidikan juga sangat penting untuk mengingat jasa-jasa ulama," kata Ustadz Syamsul, sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Rabu (28/7).
Dia menambahkan, berpulangnya ulama jika diselisik berdasarkan hadits Nabi adalah sebuah ujian dan pertanda dari Allah SWT. Sejatinya Allah SWT mencabut ilmu, khususnya ilmu agama, yang menjadi pedoman umat manusia di muka bumi.
Menurut dia, ilmu agama merupakan pelajaran dan pedoman untuk dijalankan. Karena itu, kata dia, ulama harus dijaga agar fungsi penyelenggaraan pendidikan agama bisa berkembang dan me regenerasi kalangan sesudahnya.
Menurut dia, wafatnya ulama merupakan pertanda bahwa Allah mencabut ilmu-Nya dari muka bumi. Bukan berarti Allah mencabut ilmu dengan telanjang mata, tapi mencabut orang-orang yang berilmu terlebih dahulu. Ustadz Syamsul pun khawatir hanya tersisa orang-orang yang tidak berilmu yang berpo tensi menyesatkan orang lain.
Untuk itu, dia menjelaskan, wafatnya para ulama perlu dimaknai sebagai ajang untuk merekatkan kembali niat dalam pendidikan. Menurut dia, untuk menyiapkan pendidikan terbaik bagi generasi penerus merupakan ikhtiar dalam menghidupkan jasa-jasa ulama yang sudah berpulang agar ilmu dan cahaya Allah tetap menerangi bumi.