Ini Alasan Hitung Kalori tak Efektif Turunkan Berat

Fokus pada cara makanan dimasak lebih efektif dibandingkan hitung kalori

Republika/Prayogi
Gaya hidup sehat (ilustrasi). Gile Yeo, ahli genetika di Universitas Cambridge mengatakan bahwa berfokus pada bagaimana cara makanan dimasak atau disajikan adalah kunci untuk memiliki berat badan ideal.
Rep: Puti Almas Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang mencoba menurunkan berat badan dengan metode menghitung kalori per hari. Tak sedikit yang kemudian bergantung pada jenis makanan yang dianggap rendah kalori seperti salad dan sup.


Dilansir Daily Star, seorang ahli mengatakan bahwa sebenarnya ada cara lebih mudah dan efektif dalam menurunkan berat badan. Gile Yeo, ahli genetika di Universitas Cambridge mengatakan bahwa berfokus pada bagaimana cara makanan dimasak atau disajikan adalah kunci untuk memiliki berat badan ideal. 

Yeo yang telah meneliti tentang obesitas selama lebih dari 20 tahun mengatakan bahwa menghitung kalori merupakan salah satu cara yang buruk. Ia menuturkan bahwa meski kalori adalah ‘ukuran’ yang berguna, penggunaannya sangat terbatas dalam hal kesehatan dan pgnurunan berat badan. 

“Nilai kalori didasarkan pada sains berusia 120 tahun dan tidak memperhitungkan apa yang terjadi pada makanan saat dimakan dan dimasak,” ujar Yeo. 

Yeo menyebut bahwa sebenarnya orang-orang harus fokus terhadap ketersediaan kalori, dibandingkan berapa banyak jumlah makanan. Ketersediaan melihat seberapa banyak makanan yang diserap dan disimpan, di mana ini berubah dengan cara makanan disiapkan, dimasak, serta kemudian dicerna. 

Dalam buku yang ditulis oleh Yeo berjudul ‘Why Calories Don’t Count (Orion), semakin jauh makanan dari kondisi mentah, maka semakin banyak kalori makanan itu. Ini berarti merebus, memasak dalam waktu lama, atau mencampur makanan membuat seseorang lebih mungkin menambah berat badan. 

“Untuk menurunkan berat badan dan tetap sehat, yang harus kita perhatikan bukanlah berapa banyak kalori dalam makanan, tetapi kualitas makanan itu,” jelas Yeo. 

Lebih lanjut, Yeo mengatakan jika diproses atau diubah dengan cara apapun, maka tubuh akan menyerap lebih banyak kalori yang dikandungnya. Salah satu contoh dalam teori ini adalah daging sapi. 

 

Yeo mengklaim bahwa daging sapi memiliki kalori lebih tinggi saat dicincang dan dimasak menjadi saus atau bolognese daripada saat digoreng sebagai steak. Ia mengatakan bahwa mencincang daging, kemudian proses memasaknya mengubah protein kolagen yang dikandungnya, membuat ini lebih mudah untuk dikunyah dan dicerna. 

“Anda bisa memasak steak medium rare dalam empat menit. Bandingkan dengan daging cincang yang ditambahkan ke lasagna yang dimasak untuk waktu lama, kemudian mungkin Anda simpan dan dipanaskan kembali,” kata Yeo. 

Yeo mengatakan makanan yang dipanaskan hingga tiga atau empat kali meningkatkan kalori. Ia menyebut bahwa steak bisa lebih Judah dicerna dan tersimpan sebagai lemar. 

Namun, Yeo mengingatkan bahwa seseorang tidak boleh mengkonsumsi daging merah lebih dari dua kali dalam seminggu. Ia mengatakan bahwa idealnya adalah makan 64 gram protein murni setiap hari untuk membantu penurunan berat badan. 

Namun, itu tidak berarti berat mentah makanan, tetapi berapa banyak protein yang dikandungnya. Sebagai contoh, dada ayam matang 150 gram mengandung sekitar 35 gram protein.

Protein membantu menahan rasa lapar dan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna daripada lemak dan karbohidrat. Ini juga dapat ditemukan dalam pilihan vegetarian seperti buncis dan lentil. 

 

“Untuk setiap 100 kalori protein yang kita makan, tubuh kita hanya menggunakan 70 kalori itu dan 30 sisanya dikeluarkan sebagai panas. Ini sangat penting dalam hal ketersediaan kalori dan penurunan berat badan, tetapi hanya sampai titik tertentu,” jelas Yeo. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler