Dekat Orang Saleh Bukan Jaminan Saleh? Ini Penjelasannya

Alquran menjelaskan bahwa hidayah kunci dari kesalehan seseorang

ANTARA
Alquran menjelaskan bahwa hidayah kunci dari kesalehan seseorang. Alquran (ilustrasi)
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dekat dengan orang saleh , ternyata tidak selalu membuat seseorang menjadi saleh  pula. Contoh untuk perkara ini telah dijelaskan alam Alquran.

Baca Juga


Alquran telah memberikan contoh betapa berpengaruhnya istri terhadap kehidupan keluarga.

ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ

“ Allah membuat istri Nuh dan istri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahanam bersama orang-orang yang masuk (jahanam)".” (QS At Tahrim 10)

Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan permisalan bahwa kedekatan dengan orang saleh tidak menjadi jaminan hidayah. Ini sebagaimana yang terjadi pada istri Nabi Nuh AS dan Nabi Luth AS. 

Dalam kitab Al-Futuhat Al-Ilahiyyah disebutkan, ayat ini menjadi permisalan kepada Rasulullah Muhammad SAW, terkait status orang-orang kafir, yang meskipun mereka terhubung dekat dengan Rasul tetapi kedekatan mereka tak berarti apa-apa tanpa iman.   

Alquran mencontohkan istri Nabi Nuh AS yang menjadi penyebab kesesatan salah satu putranya karena telah menanamkan citra yang buruk tentang ayahnya. Akibatnya, citra Nabi Nuh pun terdistorsi di mata anaknya.

Istri Nabi Nuh AS biasa menyampaikan kepada putranya bahwa ayahnya seorang penyihir dan gila. Pikiran yang menyesatkan ini pun tertanam di benak putranya hingga dewasa. Termasuk ketika terjadi peristiwa banjir yang diabadikan dalam Alquran pada Surat Hud ayat 42-46.

Saat Nabi Nuh memanggil putranya untuk segera ikut masuk ke dalam kapal agar terhindar dari air bah, putranya menolak dan malah mencari perlindungan ke gunung hingga akhirnya dia termasuk orang yang ditenggelamkan.

Nabi Nuh memohon kepada Allah SWT sambil berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil." Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 46 sebagai berikut: 

قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ 

"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh."

Sementara, istri Nabi Luth, justru menjadi informan untuk kaumnya yang tidak menginginkan Nabi Luth mendapatkan tamu-tamu yang saleh dan tak lain adalah malaikat yang menjelma sebagai manusia. Setiap kali Nabi Luth mendapatkan tamu orang saleh itu, istrinya justru mengabarkannya kepada warga lain.  

قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ

“ Para utusan (malaikat) berkata, "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". (QS Hud 81)        

Kendati demikan, pengkhianatan yang dilakukan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth tersebut menurut Ibnu Abbas bukan berupa zina, melainkan pengkhianatan dakwah. 

Kisah tersebut sekaligus menunjukkan titik lemah Islam yang bisa dimanfaatkan oleh musuh. Musuh-musuh Islam mampu menyerang gerakan-gerakan Islam melalui wanita. 

Salah satu senjata mematikan dalam perang antarnegara adalah perekrutan wanita ke dalam korps intelijen dan spionase, terutama untuk menjadi politisi dan pemimpin militer serta pengambil kebijakan negara yang strategis.

Maka tak heran bila ada negara yang mencegah pernikahan pimpinan negara atau politisi dengan wanita asing. Sebab, peran wanita dalam kehidupan pria sangatlah vital terutama dalam hal menginformasikan tentang privasi dan rahasianya, baik itu yang berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun pekerjaannya.

Selain itu, wanita juga memiliki peran yang besar dalam memengaruhi kehidupan keluarga secara umum dan meninggalkan jejak yang teramat jelas bagi kehidupan anak laki-laki maupun perempuan, baik dalam pendidikan moral ataupun psikologis.

 

Sumber: alukah 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler