Kekacauan di Afghanistan Bisa Pengaruhi Hubungan AS-ASEAN
Sangat penting bagi AS untuk membangun kepercayaan politik ASEAN.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris memulai tur Asia Tenggara, di tengah kekacauan yang terjadi di Afghanistan setelah pasukan AS menarik diri dari negara tersebut. Penarikan pasukan AS dari Afghanistan telah menuai kritik dari berbagai pihak.
Beberapa ahli mengatakan, ada hikmah bagi Asia Tenggara ketika pasukan AS mundur dari Afghanistan. Bonnie Glaser dari German Marshall Fund Amerika Serikat mengatakan, hal itu akan memungkinkan Washington untuk membebaskan pasukan dari misi kontraterorisme dan lebih fokus melawan Beijing.
"Pergeseran untuk mencegah dan mempersiapkan konflik dengan pesaing dekat akan dipercepat ketika pola pikir kontraterorisme surut," kata Glaser yang merujuk pada China, dilansir Aljazirah, Ahad (22/8).
Namun para ahli lainnya mengatakan, AS harus melakukan banyak hal untuk mendapatkan kepercayaan dari negara-negara Asia Tenggara. “Menyusul pemerintahan sebelumnya dan apa yang terjadi di Afghanistan, sangat penting bagi AS untuk membangun kepercayaan politik di kawasan ini," kata analis senior urusan internasional di konsultan Solaris Strategies Singapore, Mustafa Izzuddin.
Para ahli mengatakan, Harris harus menghadapi pertanyaan tentang ketergantungan AS setelah penarikan pasukan dari Afghanistan dan kecepatan Taliban mengambil alih negara tersebut. Co-director Program Asia Timur Stimson Center, Yun Sun, mengatakan, hal yang terjadi di Afghanistan cukup membuat frustrasi dan mengecewakan banyak negara.
Baca juga : Moncernya Kinerja 4 Bank BUMN di Tengah Tekanan Pandemi
"Kekhawatirannya adalah suatu hari ketika Amerika Serikat menentukan Anda tidak lagi penting, mereka dapat berkemas dan pergi. Dan tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk itu," kata Yun Sun kepada //Reuters.
Proses evakuasi staf kedutaan, para diplomat, dan warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan asing mengalami kekacauan. Warga sipil Afghanistan berada di bandara Kabul selama berhari-hari, untuk menanti pesawat yang dapat mengangkut mereka keluar dari negaranya. Sebagian besar warga Afghanistan mengalami ketakutan karena Taliban kembali berkuasa dan menerapkan aturan yang keras.
Situasi di Afghanistan membangkitkan gambaran penarikan pasukan AS pada 1975 dari Vietnam. Ketika itu helikopter AS mengangkut pengungsi terakhir dari atap kedutaan, saat pasukan Viet Cong maju.
Setelah perang, Washington berusaha mengisolasi pemerintah Vietnam yang diperintah Komunis selama 20 tahun. Tetapi sekarang, Washington meningkatkan hubungan dengan Vietnam, karena memiliki keprihatinan bersama tentang China.