Puasa Intermiten Bantu Turunkan Berat Badan
Diet dengan puasa intermiten disukai karena caranya mudah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru yang dipimpin oleh peneliti University of Illinois Chicago di Amerika Serikat mengungkap, puasa intermiten dapat menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan secara klinis. Selain itu, pola diet ini bisa meningkatkan kesehatan metabolisme pada individu dengan obesitas.
"Tetapi, kami mencatat puasa intermiten tidak lebih baik daripada diet biasa, keduanya menghasilkan jumlah penurunan berat badan yang sama dan perubahan serupa pada tekanan darah, kolesterol, dan peradangan," ujar professor of nutrition at the UIC College of Applied Health Sciences dan penulis Cardiometabolic Benefits of Intermittent Fasting, Krista Varady, seperti dikutip dari laman Times Now News, Senin (18/10).
Menurut analisis yang diterbitkan dalam Annual Review of Nutrition ini, semua metode puasa intermiten yang ditinjau menghasilkan penurunan berat badan ringan hingga sedang, yakni antara satu sampai delapan persen dari berat awal. Angkanya mewakili hasil yang serupa dengan diet pembatasan kalori yang lebih tradisional.
Puasa intermiten juga dapat bermanfaat bagi kesehatan dengan menurunkan tekanan darah dan resistensi insulin. Dalam beberapa kasus, kadar kolesterol dan trigliserida juga turun.
Selain itu, ada manfaat kesehatan lainnya dari puasa intermiten. Pelakunya mengalami peningkatan regulasi nafsu makan dan perubahan positif pada mikrobioma usus.
Berbagai penelitian tentang metode waktu makan yang dibatasi menunjukkan peserta dengan obesitas kehilangan rata-rata tiga persen dari berat badan mereka, terlepas dari waktu makan. Studi menunjukkan, puasa selang sehari mengakibatkan penurunan berat badan tiga sampai delapan persen dari berat badan setelah tiga sampai delapan pekan, dengan hasil memuncak pada 12 pekan.
Pelaku puasa intermiten yang tidak makan berlebihan atau makan berlebihan pada hari-hari bebas makan biasanya menghasilkan penurunan berat badan ringan hingga sedang, menurut ulasan tersebut. Diet puasa ini menunjukkan, individu mampu mempertahankan rata-rata tujuh persen penurunan berat badan selama setahun.
"Anda mengakali tubuh agar makan lebih sedikit dan itulah mengapa orang kehilangan berat badan," kata Varady.
Menurut Varady, ulasannya bertujuan untuk menghilangkan prasangka dan beberapa mitos tentang puasa intermiten. Ia menunjukkan bahwa puasa intermiten tidak berdampak negatif pada metabolisme serta tidak menyebabkan gangguan makan.
"Orang yang berpuasa khawatir akan merasa lesu dan tidak bisa berkonsentrasi. Padahal, tidak makan tidak akan memengaruhi energi," kata Varady.
Menurut Varady, puasa intermiten disukai karena mudah. Ia menyebut, orang perlu menemukan diet yang dapat mereka pertahankan dalam jangka panjang.
"Ini pasti efektif untuk menurunkan berat badan dan mendapatkan popularitas karena tidak ada makanan atau aplikasi khusus yang diperlukan. Anda juga dapat menggabungkannya dengan diet lain seperti Keto," jelas Varady.
Baca juga : Bill Clinton Sembuh dari Sepsis, Penyakit Apa Itu?