BI Sebut Hebitren Berkembang Pesat dalam Dua Tahun

Ponpes merupakan institusi yang menjadi fokus BI dalam pemberdayaan ekonomi syariah.

Antara/Adeng Bustomi
ilustrasi:ekonomi syariah - Pengurus pondok pesantren memberikan pakan ikan pada gerakan ekonomi Pesantren di Lahan Pertanian Ponpes Idrisiyyah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Sugeng menyebutkan, selama dua tahun terakhir, Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren (Hebitren) berkembang sangat pesat. Terdapat 17 koordinator wilayah dan 320 pesantren di seluruh Indonesia.


Menurutnya, Hebitren menunjukkan semangat persatuan dan kebersamaan yang tinggi dari berbagai pondok pesantren di Indonesia. Hal itu guna menjadikan pesantren sebagai salah satu garda terdepan bagi pemulihan konsumen nasional.

Sugeng mengatakan, pondok pesantren merupakan salah satu institusi yang menjadi fokus Bank Indonesia dalam pemberdayaan ekonomi syariah. Seperti diketahui, BI mendorong ekonomi dan keuangan syariah menjadi arus baru perekonomian nasional serta mendukung Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Sektor usaha syariah dalam kondisi pandemi, kata dia, menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan 8,2 persen year on year (yoy). Angka itu lebih tinggi dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang sebesar 7,07 persen pada kuartal II 2021.

"Pertumbuhan perekonomian syariah harus dimanfaatkan dengan baik oleh pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua dan menjadi salah satu ciri khas Indonesia. Pesantren dapat menjadi sentra kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia karena pesantren berbasis komunitas dan tersebar di seluruh Indonesia," jelas Sugeng dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional Hebitren secara virtual, Senin (25/10).

Ia mengatakan, holding pesantren dalam bentuk himpunan ekonomi bisnis menjadi salah satu strategi penting bagi penguatan dan akselerasi pengembangan unit usaha pondok pesantren. Sugeng menyampaikan, tiga pilar strategi yang diterapkan BI bagi pesantren yakni pemberdayaan ekonomi syariah yang diterjemahkan melalui penciptaan ekosistem secara end-to-end melalui peningkatan kapasitas yang tidak hanya di pelaku usaha namun juga mencakup penguatan infrastruktur industri halal serta aspek kelembagaan pondok pesantren melalui herbitren.

Kedua, lanjutnya, yaitu terus mendorong pengembangan dan pendalaman pasar keuangan syariah. "Ini sangat penting dilakukan bagaimana bisa tersedia berbagai instrumen keuangan komersial dan sosial berbasis syariah yang mendukung kegiatan ekonomi,” jelas dia.

Sedangkan pilar ketiga yaitu penguatan riset, asesmen dan edukasi yang akan menjadi dasar penting mengembangkan perekonomian syariah serta edukasi yang diharapkan bisa meningkatkan literasi ekonomi syariah masyarakat Indonesia yang saat ini masih cukup rendah. Sugeng menambahkan, terdapat tiga aspek penting yang perlu mendapat perhatian untuk mengembangkan pesantren.

Pertama aspek penguatan kelembagaan yang terdiri dari penguatan tata kelola, profesionalisme, dan akuntabilitas. ”BI juga telah mengembangkan aplikasi sistem akuntansi Pesantren Indonesia yang disingkat Santri. Aplikasi yang dapat mempermudah pencatatan transaksi sehingga pada akhirnya dapat tercipta laporan keuangan yang terstandarisasi sesuai dengan pedoman yang berlaku,” tutur dia.

Aspek kedua yaitu optimalisasi sumber daya regional dan digitalisasi melalui studi kelayakan, transfer of knowledge, teknologi digital dan sistem pembayaran. Sedangkan aspek ketiga yakni sinergi dan kolaborasi dengan legislatif, pemerintah, pelaku usaha, media massa, asosiasi, dan masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler