Israel Persiapkan Amunisi Jika Sewaktu-waktu Serang Iran

Israel menyiapkan sistem pertahanan dan latihan bersama dengan AS untuk hadapi Iran

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Unit Artileri Israel menembak sasaran. Israel menyiapkan sistem pertahanan dan latihan bersama dengan AS untuk hadapi Iran. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya/Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan pada Rabu (3/11) negara itu sedang bersiap untuk meluncurkan balon besar baru yang dilengkapi dengan rudal canggih dan sistem deteksi pesawat ke langit utara. Pengerahan sistem berbasis radar akan berlangsung pada tanggal yang tidak ditentukan segera.

Armada baru ini merupakan bagian dari upaya oleh Angkatan Udara Israel (IAF) untuk meningkatkan pertahanan udara negara itu, khususnya di utara. Pertahanan ini mempertimbangkan proliferasi drone Iran dan rudal jelajah di wilayah tersebut.

Sistem deteksi yang dijuluki "Sky Dew" ini, menurut Kementerian Pertahanan Israel, dimaksudkan untuk dikerahkan di ketinggian tinggi untuk mendeteksi rudal jarak jauh, rudal jelajah, dan drone yang masuk. Meski Israel telah mempertahankan serangkaian sistem radar untuk mendeteksi ancaman yang masuk, tetapi aerostat baru dimaksudkan untuk melengkapi dan meningkatkan kemampuan yang ada dengan menempatkan sensor di ketinggian.

"Sistem sensor yang ditinggikan memberikan keuntungan teknologi dan operasional yang signifikan untuk deteksi ancaman dini dan tepat,” kata CEO Israel Aerospace Industries, Boaz Levy, yang membantu mengembangkan sistem tersebut.

"Teknologi ini meningkatkan keandalan gambar pengawasan udara dan meningkatkan efisiensi terhadap berbagai target,” ujar Levy dilansir Times of Israel.

Sky Dew aerostat merupakan salah satu yang terbesar dari jenisnya. Sistem pertahanan itu dikembangkan dalam usaha patungan oleh Organisasi Pertahanan Rudal Israel dan Badan Pertahanan Rudal Amerika Serikat selama beberapa tahun. Dalam beberapa bulan terakhir, sistem telah menjalani pengujian akhir dan sedang dipersiapkan untuk penyebaran operasional di Israel utara.

"Dalam beberapa kampanye uji terbang yang dilakukan beberapa bulan terakhir, kami telah menunjukkan kemampuan luar biasa dari pertahanan rudal multi-tingkat Israel termasuk terhadap rudal jelajah," kata direktur Organisasi Pertahanan Rudal Israel, Moshe Patel.

Kepala Angkatan Udara Israel Amikam Norkin memuji sistem baru tersebut. Dia mengatakan sistem itu akan memungkinkan militer untuk membangun gambaran pengawasan udara yang lebih akurat dan lebih luas. "IAF memiliki sistem pertahanan dan ofensif untuk membela negara Israel dan kedaulatannya," ujar Norkin.

Direktur Badan Pertahanan Rudal Amerika, Wakil Laksamana Jon Hill, mengatakan sistem itu ditujukan untuk menopang keunggulan militer kualitatif Israel. Istilah teknis tersebut mengacu pada keunggulan negara itu di kawasan tersebut.

Militer Israel khawatir di tahun-tahun mendatang superioritas itu dapat diuji ketika drone dan rudal jelajah buatan dan dirancang Iran membanjiri Timur Tengah. Pergerakan Teheran mewakili ancaman yang lebih besar bagi Tel Aviv daripada roket sederhana yang dimiliki kelompok-kelompok yang menyerang di kawasan itu hingga sekarang.

Baca Juga


Mengingat ancaman ini, Pasukan Pertahanan Israel ingin memiliki cakupan pertahanan penuh dan permanen di wilayah udara Israel utara dalam dua tahun ke depan. Pasukan khusus Israel dan Amerika Serikat (AS) juga memulai latihan bersama sejak Senin (1/11) dan berlangsung selama dua pekan. Latihan bersama dilakukan sejak pasukan Amerika memasukkan Israel dalam wilayah tanggung jawabnya awal tahun ini.  

"Pasukan akan mengambil bagian dalam latihan multi-cabang selama dua pekan. Mereka akan berlatih dengan pasukan kontra-terorisme, pasukan komando, dan pasukan serangan terbuka untuk mensimulasikan teknik perang di daerah terbuka dan lingkungan perkotaan," kata pernyataan militer Israel dilansir Middle East Monitor, Kamis (4/11).

Militer AS menerangkan sekitar 500 tentara Amerika akan ambil bagian dalam latihan bersama tersebut. Channel 12 melaporkan pelatihan tersebut bertujuan untuk menunjukkan kekuatan pencegah terhadap Iran serta menunjukkan tingkat kerja sama antara Israel dan AS.

Sebelumnya Komandan Direktorat Strategi dan Lingkaran Ketiga, Tal Kalman, mengatakan Israel sedang mempersiapkan skenario lain jika tidak dapat menempuh jalur diplomatik dengan Iran. Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Bahrain, Al-Ayam, Kalman menuturkan Israel mengedepankan langkah diplomatik terlebih dahulu terhadap Iran.

Kalman ditugaskan untuk merencanakan strategi Israel terhadap Iran. Jika diplomasi gagal maka Israel akan mengambil tindakan lain. Dia menyarankan rencana darurat serangan militer. "Kami masih percaya pada solusi diplomatik. Upaya diplomatik mungkin untuk menarik Iran kembali ke meja perundingan," ujar Kalman.

Kalman bersikeras program nuklir Iran merupakan ancaman bagi Israel seluruh dunia. Program nuklir Iran akan mendorong negara-negara lain di Timur Tengah untuk berusaha mendapatkan senjata nuklir.

Militer Israel telah mendirikan pangkalan intelijen dan analisis untuk memantau kegiatan Iran, terutama terkait dengan program nuklirnya. Kantor berita Walla melaporkan pangkalan yang sangat rahasia itu diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir sebagai hasil dari reformasi intelijen interdisipliner.

Mereka mengidentifikasi dan menganalisis tindakan rahasia oleh Teheran yang diduga bertujuan menyembunyikan program nuklir. Walla yang mengutip seorang perwira tinggi militer Israel mengatakan Israel telah mengumpulkan informasi yang cukup tentang program nuklir Iran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler