Epidemiolog: Risiko Gelombang Ketiga Covid-19 Ada

Epidemiolog sebut gelombang ketiga Covid-19 bisa terjadi bergantung pada masyarakat.

Prayogi/Republika.
Epidemiolog sebut gelombang ketiga Covid-19 bisa terjadi bergantung pada masyarakat.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Laura Navika Yamani, angkat bicara mengenai kemungkinan terjadinya gelombang ketiga Covid-19 usai libur natal dan tahun baru (nataru) 2021. Laura mengakui risiko gelombang ketiga Covid-19 memang ada, namun kemungkinan benar-benar terjadi bergantung pada masyarakat Indonesia.

Baca Juga


"Risiko gelombang ketiga Covid-19 itu ada. Tetapi apakah itu mungkin akan muncul? Semua tergantung kita," ujarnya saat dihubungi republika.co.id, Jumat (5/11).

Ia meminta, masyarakat harus bijak dalam melakukan kegiatan di akhir tahun. Ini termasuk melaksanakan protokol kesehatan (prokes) yang masih menjadi kunci. Ia mengingatkan jangan sampai alih-alih ingin liburan saat nataru, kemudian prokes mulai diabaikan. Kemudian, memaksakan tetap bergabung dengan orang-orang yang berkerumun di tempat wisata atau tempat publik. 

"Ini juga harus dipikirkan masyarakat kita. Boleh liburan akhir tahun tetapi cari-cari tempat yang memang aman untuk diri dan keluarga," ujarnya.

Terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menambahkan, gelombang ketiga Covid-19 nicaya terjadi apabila semua pihak mengabaikan prokes dan mobilitas meningkat. "Jadi, kuncinya adalah (melakukan) prokes dan percepatan vaksinasi," katanya.

Sebelumnya, Kemenkes melihat gelombang ketiga adalah sesuatu yang niscaya berpotensi terjadi, termasuk usai libur natal dan tahun baru akhir tahun 2021 nanti. Gelombang ketiga adalah sesuatu yang niscaya berpotensi terjadi karena satu jurnal ilmiah sudah menyatakan bahwa Covid-19 bersifat menimbulkan gelombang epidemiologi beberapa kali.

"Jadi, Covid-19 tidak cukup hanya satu gelombang dan setelah mencapai puncaknya kemudian turun kemudian selesai. Artinya itu tak terjadi pada pola penyebaran Covid-19. Apalagi, ia menyebutkan banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang tiga, padahal mengalami cakupan vaksinasi yang tinggi dan memiliki tingkat protokol kesehatan (prokes) yang sudah baik. Ini misalnya Eropa, Inggris, Amerika Serikat," jelasnya.

Nadia menambahkan, negara-negara tersebut sudah relaksasi sehingga penduduknya sudah tidak memakai masker, melakukan aktivitas di tempat publik dan tempat terbuka. Jaga jarak sudah tidak diterapkan karena cakupan vaksinasi sudah lebih dari 70 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler