China Setujui Uji Klinis Vaksin mRNA untuk Booster

Uji klinis vaksin mRNA yang diberi nama ARCoVax berlangsung juga di Indonesia.

Pixabay
Vaksin Covid-19 (ilustrasi). Uji klinis tahap ketiga vaksin Covid-19 dosis booster ARCoVax dilakukan di Daerah Otonomi Guangxi dan beberapa negara, termasuk Meksiko dan Indonesia.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas China menyetujui uji klinis untuk melihat kemanjuran dan keamanan vaksin mRNA sebagai dosis booster yang dikembangkan di dalam negeri. Uji klinis vaksin Covid-19 untuk dosis penguat tersebut menyasar orang 18 tahun ke atas yang sudah mendapatkan vaksin inaktif dosis lengkap.

Baca Juga


Hal tersebut diumumkan Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China (MST), Rabu (10/11). Vaksin yang diberi nama ARCoVax itu dikembangkan oleh Akademi Ilmu Kedokteran Militer, Suzhou Abogen, dan Yunnan Walvax Biotechnology.

Juru bicara Walvax Zhang Li kepada media di China, Kamis, mengatakan, uji klinis tahap ketiga ARCoVax dilakukan di Daerah Otonomi Guangxi dan beberapa negara, termasuk Meksiko dan Indonesia. Persetujuan otoritas China atas vaksin tersebut memicu kenaikan harga saham Walvax sebesar 13 persen pada perdagangan Rabu sore.

Vaksin mRNA tidak menggunakan virus atau kuman yang dilemahkan atau dimatikan, seperti pada vaksin Sinovac atau Sinopharm. Vaksin mRNA memakai komponen materi genetik yang direkayasa agar menyerupai kuman atau virus tertentu.

Dengan demikian, vaksin tersebut dapat memicu reaksi kekebalan tubuh layaknya virus dan kuman yang dilemahkan pada vaksin biasa. Suzhou Abogen selaku mitra kerja Walvax mengumumkan pabriknya di Kota Suzhou, Provinsi Jiangsu, juga telah mengantongi izin operasi.

Perkembangan uji coba vaksin Covid-19. - (Republika)

Pabrik tersebut mampu memproduksi 40 juta dosis per tahun. Vaksin mRNA yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech juga telah mengantongi izin dari otoritas China.

Keduanya merupakan mitra Fosun Pharma di Shanghai. Namun, media-media di China melaporkan bahwa ARCoVax lebih aman dibandingkan dengan vaksin sejenis yang dikembangkan Pfizer-BioNTech karena penentuan sasaran antigen vaksin lebih tepat.

Biaya penyimpanannya, menurut media China, juga lebih rendah. Sebab, vaksin tersebut hanya membutuhkan suhu udara 4 derajat Celcius di ruang penyimpanan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler