Orang Bodoh dalam Islam

Orang bodoh yang suka menghina tak perlu ditanggapi.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Orang Bodoh dalam Islam. Foto: Amalan terhindari dari perbuatan maksiat. Ilustrasi
Rep: Umar Mukhtar Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alquran dalam Surat Al-A'raf ayat 199 menyinggung soal bagaimana menghadapi orang bodoh. Lantas siapakah yang disebut orang-orang bodoh (al-Jahil) dalam Islam?

Baca Juga


Orang bodoh adalah seseorang yang gemar mengganggu orang lain dengan ucapannya yang menghina, mengejek, dan memfitnah. Orang-orang bodoh semacam ini tidak perlu ditanggapi atau dipedulikan. Jangan biarkan mereka mengisi ruang kehidupan dan pikiran kita.

Dunia terlalu mudah untuk diduduki dengan menanggapi hal-hal semacam itu. Hidup ini terlalu singkat untuk disia-siakan jika menangani orang bodoh. Misalnya membalas keburukan dengan keburukan, atau hal-hal lain yang sejenis.

Orang bodoh bukan berarti orang yang tidak berpendidikan. Orang yang bergelar doktor pun bisa menjadi orang bodoh. Karena, kebodohan tidak berkaitan dengan ijazah. Kebodohan erat kaitannya dengan akhlak.

Jika seseorang menuruti hawa nafsunya dan tidak bisa mengendalikan pikirannya yang kemudian terejawantahkan ke dalam perilaku yang buruk, maka dialah orang bodoh, meski sudah mengantongi banyak ijazah.

Alquran sendiri telah menunjukkan siapa orang bodoh itu. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat. Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana." (QS An-Nisa ayat 17)

Karena itu, orang yang bodoh adalah orang yang tidak taat dalam menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Selama dia melakukan maksiat, maka ia bodoh. Kebodohan tentang akhirat, dan kebodohan tentang surga dan neraka, membuatnya jatuh ke dalam maksiat.

Allah SWT berfirman, "Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS An-Nahl ayat 119)

Selain itu, Syekh Burhanuddin Ibrahim Az-Zarnuji Al-Hanafi, dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, menjelaskan, seseorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap ridha Allah, mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. "Karena Islam itu dapat lestari kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan takwa tidak sah tanpa disertai ilmu," kata dia.

Syekh Az-Zarnuji juga menukil perkataan ulama dalam sebuah syair: "Orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan umat, dan tidak layak dijadikan panutan."

Sumber: https://alarab.qa/opinion/19/09/2014/352981-%D8%AE%D8%B0-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D9%81%D9%88-%D9%88%D8%A3%D9%85%D8%B1-%D8%A8%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%B1%D9%81-%D9%88%D8%A3%D8%B9%D8%B1%D8%B6-%D8%B9%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D8%A7%D9%87%D9%84%D9%8A%D9%86

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler