Erdogan: Salahkan Turki Soal Migran, tak Tahu Terima Kasih
Turki telah menampung empat juta pengungsi, lebih banyak dari negara mana pun.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis, menegaskan sikap menyalahkan Turki atas krisis pengungsi adalah hal tidak tahu berterima kasih. Erdogan pun menyoroti perilaku Yunani yang tak ramah dengan migran.
"Yunani-lah yang menyalahkan para pengungsi dengan menikam perahu sampai mereka mati," kata Erdogan dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban di ibu kota Ankara setelah pertemuan bilateral.
"Kami memiliki semua bukti," jelasnya.
Erdogan juga mengatakan bahwa Yunani, secara keseluruhan, telah berubah menjadi pangkalan militer AS. Hal itu mengacu pada penempatan pasukan AS di wilayah Alexandroupoli (Dedeagac), utara Yunani.
Sementara itu, Orban menggarisbawahi perlunya perimeter pertahanan di sekitar Eropa. Benua itu kini berada di bawah tekanan migrasi dari Mediterania, Balkan Barat, dan Belarus.
Dia mengatakan bahwa Eropa membutuhkan sekutu, dan jika batas seperti itu tidak ditetapkan, benua itu akan berada dalam situasi sulit. "Kita harus membantu teman-teman Turki kita dalam masalah migrasi. Uni Eropa harus mendukung Turki sebanyak mungkin," ungkap PM Hungaria Orban.
Turki telah menampung empat juta pengungsi, lebih banyak dari negara mana pun di dunia, di tengah tanda-tanda gelombang baru pengungsi Afghanistan menuju Turki dan Uni Eropa.
Erdogan juga mengatakan bahwa keduanya telah membahas hubungan bilateral, masalah internasional dan regional, serta hubungan ekonomi dan perdagangan selama pertemuan tersebut.
Dia mencatat bahwa volume perdagangan saat ini antara kedua negara sudah mencapai 3-4 miliar dolar AS, kedua negara bertujuan untuk meningkatkan angka ini menjadi 6 miliar dolar AS.
Menyoroti hubungan Turki-Hongaria yang dirayakan pada 2024 sebagai Tahun Budaya, Erdogan berterima kasih kepada Orban dan pejabat Hungaria atas pengembalian 101 artefak bersejarah ke Turki.
Kerja sama ini menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa perjuangan yang efektif melawan penyelundupan aset budaya mungkin dilakukan.
Artefak bersejarah itu disita oleh pasukan keamanan Hungaria selama operasi pada Oktober 2016. Presiden Erdogan juga berterima kasih kepada Hongaria atas "dukungan kuat" mereka untuk tawaran keanggotaan Turki di Uni Eropa.