Suku Maori Minta Kelompok Anti-Vaksin Stop Pakai Tarian Haka

Suku Maori tak terima tarian leluhurnya diasosiasikan dengan gerakan antivaksin

EPA
Ilustrasi pria Maori. Suku Maori tak terima tarian leluhurnya diasosiasikan dengan gerakan antivaksin.
Rep: Lintar Satria Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Suku Māori yang mengklaim pemilik Haka paling terkenal di Selandia Baru meminta pengunjuk rasa anti-vaksin berhenti menggunakan tarian tradisional tersebut untuk mempromosikan pesan mereka. Pengunjuk rasa anti-vaksin kerap menampilkan Haka 'Ka Mate'.

Sebuah Haka Māori digubah pada tahun 1820 oleh pemimpin perang suku Ngāti Toa, Te Rauparaha. Pengunjuk rasa menampilkan Haka itu selama memprotes kebijakan wajib vaksin dan peraturan pembatasan sosial.

"Kami tidak mendukung posisi mereka dan tidak ingin tupuna (leluhur) atau iwi (suku) kami diasosiasikan dengan pesan mereka," kata suku Ngati Toa dalam pernyataan mereka Senin (15/11).

"Pesan kami pada pengunjuk rasa yang berharap menggunakan Ka Mate untuk menggunakan Haka yang lain, kami tidak mendukung penggunaan Ka Mate untuk tujuan ini," tambah suku tersebut.

Meski berbagai suku Maori menciptakan banyak Haka tapi Ka Mate adalah Haka yang paling terkenal. Ka Mate ditampilkan tim nasional rugbi Selandia Baru yang dijuluki All Blacks dalam pertandingan-pertandingan internasional selama berpuluh-puluh tahun. Haka itu menampilkan hentakan kaki berirama dan teriakan, pandangan mata, dan aksi menjulurkan lidah yang menyeramkan.

Selandia Baru salah satu negara dengan angka infeksi virus corona terendah di dunia. Namun Selandia kesulitan menahan laju penyebaran virus corona varian Delta yang sangat menular pada tahun ini.

Perdana Menteri Jacinda Ardern akhirnya mengubah strategi dari menerapkan peraturan pembatasan sosial yang ketat menjadi meningkatkan angka vaksinasi. Ardern menetapkan target 90 persen vaksinasi bagi orang yang memenuhi syarat vaksin sebelum mencabut peraturan pembatasan sosial.

Hingga saat ini sudah 81 persen warga yang memenuhi syarat vaksin yang sudah divaksin lengkap. Namun Ardern mengatakan pihak berwenang kesehatan Selandia Baru kesulitan mengajak pemuda-pemudi Māori karena informasi palsu seputar vaksin.

"Ini tidak hanya tentang masalah akses. Kami mencoba mengatasi masalah lebih dari itu dan dari percakapan yang telah saya lakukan. Itu salah satu kesulitan yang kami alami," kata Ardern pada stasiun televisi TVNZ.

Hingga 13 November, sekitar 76 persen warga Māori sudah menerima satu dosis vaksin sementara 60 persen sudah divaksin lengkap. Pihak berwenang kesehatan Selandia Baru melaporkan 173 kasus baru pada Senin ini sehingga total kasus infeksi di Negeri Kiwi menjadi lebih dari 8.500.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler