Tiga Cara Menjadi Sahabat Allah
Allah telah merahasiakan para wali-Nya di antara manusia biasa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para awliya (sahabat Allah) tersebar di antara orang-orang yang kita tidak pernah tahu siapa saja itu. Bahkan, beberapa awliya sendiri tidak tahu mereka adalah sahabat Allah.
Mereka tidak tahu betapa Allah mencintainya dan bagaimana mereka bisa berada di posisi itu. Dalam riwayat Ali disebutkan, ada dua hal yang telah Allah sembunyikan di antara manusia.
Pertama, Allah menyembunyikan keridhaan-Nya dalam ketaatan-Nya sehingga kamu tidak mengetahui amalan mana yang mendapatkan keridhaan-Nya. Kedua, Allah telah merahasiakan para wali-Nya di antara manusia biasa.
Rahasia ini dimaksudkan agar manusia tidak mudah memandang sebelah mata orang lain karena bisa jadi orang yang dianggap remeh itu adalah wali Allah, sahabat Allah. Tetapi bukan juga seseorang yang berkata baik adalah wali Allah, bukan.
Dilansir di About Islam, Selasa (23/11), ada tiga cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mencapai posisi itu.
Penuhi kewajiban
Penuhi kewajiban dan selalu berbuat baik sampai Anda merasakan manisnya kebaikan itu, yang merupakan keridhaan Allah.
Dengan menunaikan kewajiban sholat tepat waktu, puasa, melakukan hal-hal yang Allah perintahkan, dan kemudian Anda lebih dekat kepada-Nya dengan nawafil. Anda merasakan manisnya kewajiban dan sekarang Anda mulai melakukan amal sunnah hingga Allah mencintai Anda dengan cinta yang khusus.
Dan ketika Allah mencintaimu dengan cara itu, Dia menjadi pendengaran dengan apa yang kamu dengar, penglihatan yang kamu lihat, tangan yang kamu pukul, cara kamu berjalan. Anda berada dalam keridhaan Allah, mencari keridhaan Allah itu, dan itu menjadi kekuatan pendorong Anda.
Keridhaan Allah adalah yang mendorong Anda melalui semua perbuatan baik sehingga Anda terus melakukan lebih banyak dan lebih banyak lagi. Anda tidak bisa merasa cukup.
Ketulusan pertobatan Anda
Seseorang melakukan pertobatan yang tulus kepada Allah dan hanya karena Allah mereka mencari keridhaan. Maka ketika Anda menemukan hadits-hadits tentang seseorang yang berdosa besar dan kemudian tiba-tiba bertaubat itu karena keridhaan Allah, itu mengalahkan segala jenis kesenangan yang biasa mereka dapatkan dari ketidaktaatan.
Ketika Allah mengujimu dengan tragedi besar
Allah mengambil sesuatu darimu, dan melalui tragedi itu kamu melakukan ihtisab, yaitu mencari keridhaan Allah. Anda mencoba mencari kesenangan itu dari Allah, dan itulah yang menangkap Anda melalui tragedi itu.