Tak Galak, Strategi Transfer Buruk, Solskjaer Pun Tersingkir

Solskjaer sebenarnya tak menunjukkan kekejaman dan kegalakkan ala Sir Alex Ferguson.

Kacper Pempel, Pool via AP, File
Mantan pelatih Manchester United (MU) Ole Gunnar Solskjaer bertepuk tangan. Solskjaer didepak MU setelah penampilan buruk timnya beberapa pekan terakhir.
Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tatkala merenungkan kepergiannya dari Manchester United (MU) setelah hampir tiga tahun melatih tim itu, Ole Gunnar Solskjaer tak diragukan lagi mempertimbangkan apa yang mungkin terjadi di Old Trafford. Seandainya dia tidak terlalu baik dan lebih galak kepada pemain-pemainnya, seandainya dia lebih agresif menyangkut transfer pemain kepada hierarki klub, dan seandainya klub memenuhi segala tuntutannya.

Pria Norwegia itu diberi kesempatan mengembalikan Man United ke tingkat kesuksesan yang dinikmati seperti sewaktu dia menjadi pemain di bawah manajemen pelatih legendaris Sir Alex Ferguson. Tetapi ironisnya, ia hengkang setelah timnya terperosok ke urutan ketujuh klasemen Liga Primer Inggris dan tanpa pernah memenangkan trofi.

Seandainya Solskjaer bisa mendatangkan pemain yang ia identifikasi sebagai bagian dari perombakan skuadnya, kesuksesan yang didambakan para penggemar Man United mungkin akan semakin dekat.

Baca Juga


Daftar pemain MU yang kabarnya berusaha ia datangkan, tetapi ternyata tak bisa, menunjukkan bahwa selain sifatnya yang pemaaf dan keputusan taktisnya yang menjadi biang keladi kejatuhannya, kesalahan rekrutmen klub juga memainkan peran besar di balik itu.

Pemain pertama yang jelas-jelas diinginkan Solskjaer adalah rekan senegaranya Erling Haaland yang ia latih sewaktu memimpin klub Norwegia Molde. Penyerang tengah ini adalah salah satu talenta striker paling menarik dalam sepak bola, tetapi Man United tidak dapat mengontraknya dari RB Salzburg dan sang pemain malah bergabung dengan Borussia Dortmund.

Man United sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk mengontrak Jude Bellingham, seorang gelandang Inggris yang sangat menjanjikan, ketika dia masih bermain untuk tim Divisi II Inggris, Birmingham City, tetapi pemain ini juga lebih memilih Dortmund.

Bek sayap Portugal Joao Cancelo pernah dalam radar Solskjaer selama bermain di Italia bersama Inter Milan dan Juventus, tetapi pemain ini malah akhirnya menjadi bagian skuad juara liga, Manchester City, pimpinan Pep Guardiola.

Gelandang bertahan Spanyol Rodri juga pemain bidikan Solskjaer yang dianggapnya menjadi pemain yang bisa mengisi titik lemah yang sudah lama ada dalam timnya, tetapi pemain ini juga lagi-lagi merapat ke Manchester Biru. Bek kanan Atletico Madrid Inggris Kieran Trippier dan pemain internasional Jerman Kai Havertz yang kini memperkuat Chelsea, juga menjadi target Solskjaer yang tak pernah bisa ia datangkan.


Namun demikian manajemen klub mendukung Solskjaer saat ingin mendatangkan pemain sayap berbayaran besar Jadon Sancho yang tiba setelah lebih dari setahun bernegosiasi dengan Dortmund. Bek tengah Prancis Raphael Varane dan tentu saja Cristiano Ronaldo termasuk menjadi keinginan Solskjaer.

Sebelum itu, Bruno Fernandes didatangkan dari Sporting Lisbon dan menambahkan kualitas yang sangat dibutuhkan Man United dan pada akhirnya ada kualitas yang cukup untuk memenangkan setidaknya beberapa pertandingan yang hilang dari genggaman MU musim ini.

"Saya tidak beranggapan Ole bisa mengeluhkan waktu yang telah diberikan kepadanya dan uang yang telah diberikan kepadanya. Saya tidak beranggapan dia dapat mengeluhkan pemain-pemain yang berhasil bersamanya," kata mantan kapten Man United Gary Neville dalam laporan Sky Sports seperti dikutip Reuters, awal pekan ini.

Solskjaer dikritik karena menggunakan taktik tidak jelas yang paling terlihat ketiga MU digasak Liverpool 0-5 dan tidak konsistennya gaya bermain tim ini. Skuad Iblis Merah tentu saja tidak kekurangan bakat menyerang, tetapi Solskjaer akhirnya terusir oleh penampilan buruk empat beknya dan kurangnya kualitas bertahan yang ditunjukkan lini tengahnya.

Solskjaer terus menunjukkan kepercayaan kepada pemain-pemain yang tidak dalam performa terbaik, seperti Aaron Wan Bissaka, Luke Shaw, dan Harry Maguire yang malah merugikan dirinya dalam sebulan terakhir ini. Lelaki Norwegia dan petinggi MU juga memilih mempertahankan pemain-pemain yang ada dalam daftar gaji yang jelas tidak lagi menjadi pusat rencana tim utamanya, seperti Phil Jones, Juan Mata, Eric Bailly, Jesse Lingard, Anthony Martial, dan Diogo Dalot.

Untuk semua rujukan kepada kembalinya "cara bermain man United" sepanjang ia melatih tim ini, Solskjaer sebenarnya tidak menunjukkan kekejaman dan kegalakkan ala Alex Ferguson dalam hal segera mendepak pemain manakala si pemain tidak lagi dibutuhkan oleh tim.

Apakah itu karena "kebaikan" Solskjaer atau orang-orang di atasnya yang berpikiran melulu ekonomi saat mempertahankan pemain-pemain yang ada dalam skuad ketimbang mengeluarkan dana untuk rekrutan baru guna menggantikan pemain-pemain itu? Masih tidak jelas. Tapi hasilnya jelas, yakni skuad dengan pilihan kualitas terlalu sedikit untuk seorang pelatih yang kesulitan mengeluarkan segala potensi terbaik dari yang ia miliki dari timnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler